Perjalanan Panjang Penuh Kejahilan
Tepat pukul
09.00 Waktu Indonesia bagian Palembang, pada 9 Mei 2018 silam, sepertinya telah
menjadi hari olahraga yang menegangkan bagi kami. Bagaimana tidak, adegan
mengejar Kereta Api bak drama ini penuh dengan penghayatan alami. Setelah
bersesak napas lari mengejar Kereta Api, akhirnya kami bersembilan menemukan
kursi masing-masing di dalam Kereta. Mereka adalah Arvel, Bunga, Kak Wahyu
(Kawan Satu LPM ku), kemudian Al, Mba Iza (Kawan LPM yang dari Lampung), Nova,
Khairul dan Bang Ifroh (Kawan LPM dari Medan).
Kak Wahyu, Khairul, dan Aku (Foto agak blur karena Kereta goyang dumang) :D |
Perjalanan
pulang biasanya memang terasa lebih cepat dibanding berangkat. Benar saja
banyak hal yang kami lakukan di dalam Kereta Api meski belum terlalu kenal.
Maka dari perjalanan yang memakan waktu seharian itulah, kami mulai dekat satu
sama lain. Kebetulan aku duduk berhadapan dengan Khairul dan berpunggungan
dengan Bang Ifroh. Sedikit-sedikit aku mengajak diskusi mengenai Organisasi di
Kampus masing-masing.
Saat itu,
mereka (Yang dari LPM Dinamika) membawa majalah yang baru saja terbit untuk
dibagikan kepada kawan-kawan LPM. Sekilas aku membacanya dan menanyakan ini itu
kepada Khairul dan Bang Ifroh karena mereka yang duduk paling dekat denganku.
Sementara Kak Wahyu di sampingku (Tapi beda kursi) bersebelahan dengan Nova serta
berhadapan dengan Avrel dan Bunga.
Aku bertanya
kepada Khairul tentang sumber Iklan di Organisasi mereka. Khairul menjelaskan
dengan sabar, memang sepertinya dia memiliki perangai yang sabar. Berbeda
dengan Bang Ifroh yang sepertinya memiliki perangai guyonan (Ku bilang
sepertinya, karena kami belum lama kenal sehingga Aku tak tahu persis
karakternya).
Ku tengok
dia menghabiskan perjalanan dengan membaca buku karangan Emha Ainun Nadjib atau
sekali-kali bermain game offline zombie. Berbeda denganku yang saat itu
hanya sangu novel melow, Hanya sekadar mengisi kebosanan selama di Kereta. Tapi
beruntung perjalanan pulang dari Palembang begitu menyenangkan karena banyak
kawan.
Entah
bagaimana ceritanya saat itu Bang Ifroh jadi ganti tempat duduk di sampingku.
Duduk bersempitan dengan Kak Wahyu (Karena kursinya hanya untuk dua orang, tapi
jadi tiga orang karena Bang Ifrohnya ndusel). Aku sedang mengamati
Majalah mereka, dan membuka halamamn terakhir yang ku tengok ada sosok tidak
asing terpajang fotonya. Semacam rubrik yang dikhususkan untuk Pemimpin Umum,
di situlah foto Bang Ifroh mengenakan baju kebesaran LPM-nya terpampang.
Melihat itu, spontan dia menutupi foto yang ada dipangkuanku dan bilang “Jangan
baca!! Aku malu,” Katanya.
Potret Bang Ifroh yang duduk ndusel bersama Kak Wahyu di sampingku, tampak yang belakang sosok Khairul |
(Aku Cuma
tersenyum, kemudian membalik halaman lain untuk menemukan hal yang menarik).
Jadilah aku mengisi Teka-teki silang yang ada di Majalah Mereka untuk mengisi
kebosanan. Sementara Bang Ifroh masih duduk di sampingku sambil mainan hape.
Saat itu aku menemukan pertanyaan teka-teki yang cukup sulit kemudian
melontarkan pertanyaan padanya. Aku lupa pertanyaanya tapi yang ku ingat dia
memberi jawaban “Cinta” atas pertanyan itu.
(Lagi-lagi
aku hanya tersenyum)
“Ikutlah
PJTL ke tempat kami nanti abang ajak kesini,” Selorohnya sambil menunjukkan
gambar Danau Toba di Majalah yang sedang ku bolak-balik.
(Untuk
kesekian kalinya aku hanya menjawab dengan senyuman)
Kok
seingatku aku Cuma senyum-senyum aja yaa, padahal sebetulnya aku sangat
petakilan di dalam Kereta. Tapi sulit sekali menuliskan bagaimana detail
ceritanya. Biarlah kali ini jadi anggun gitu dihadapan warganet pembaca blog
setiaku ini.
Tak lama
berselang, beberapa pegawai Kereta Api (semacam Pramugari kalau di Pesawat)
lewat untuk menawarkan makanan bagi penumpang yang ingin beli. Kami pun
akhirnya sepakat untuk membeli Pop Mie dan menyantapnya dengan riang di
atas Kereta.
Sungguh
waktu perjalanan yang singkat untuk sekadar berkenalan dengan mereka orang-orang
dari Medan. Tak terasa kami sudah tiba di Staisun apa ya lupa aku, pokoknya
dekat UNILA hehe.
Saat itu aku
sudah menghubungi Pemumku yang kebetulan sedang PPL di daerah Bandar Lampung
untuk menjemput kami. Karena aku sudah tak sabar ingin segera sampai di Metro.
(Memang belum terbiasa ngelayap sih jadinya geger pengen pulang muluk
hahahaha). Tapi atas beberapa pertimbangan dan bujukan akhirnya kami
mengurungkan niat pulang ke Metro. Kami memutuskan untuk mneginap di LPM
Teknokra semalam.
Setelah
menunaikan Salat Magrib di Musala UNILA kami bercanda ria . sembari menunggu
tuan rumah menyuguhkan makan malam. Dasar nggak modal!! Hahahaa. Beberapa saat
kemudian datanglah beberapa Kru Teknokra membawa bungkusan nasi yang langsung
di bentangkan untuk di santap. Sayang sekali aku tidak kepikiran untuk
mengambil gambar jadi hanya bisa ku ceritakan melalui tulisan, kalau warganet
mau bilang ini hoax monggo saja. Aku tidak rugi juga.
“Sini Rin,
barengan sama aku makannya,” Panggil Nova kepadaku.
“Biarla dek,
biar makan sendiri, dia kan rakus,” Kata Bang Ifroh meledekku. Pas dia bilang
rakus itu pakai ungkapan bahasa Medan jadi aku gatau artinya, dan aku juga lupa
istilahnya. Aku protes tapi hanya membiarkan saja ledekan-ledekan itu
menyerangku karena perutku sudah meronta ingin diisi, jadi sudah tak ingin lagi
Aku mengabaikannya. Apalagi meladeni orang reseh seperti Pemum Dinamika ini.
Setelah
menandaskan makanan yang membentang, aku sudah tak ingin melakukan apa-apa
kecuali memejamkan mata untuk beristirahat. Tapi ketika mataku liyer-liyer
(Setengah merem tidur), Aku teringat ponsel yang tak charge.
Akhirnya dengan agak sempoyongan aku menghampiri ponselku untuk memastikan
dayanya terisi. Di dekat colokan ternyata sudah terduduk Bang Ifroh yang sedang
asik menatap layar ponsel juga. Masih tak bosan-bosannya berbuat jail padaku.
Dia memintaku menatapnya, padahal mataku terkantuk-kantuk dan kemudian
menyuruhku tersenyum. Hahahaa memalukan sekali.
Tapi entah
kenapa saat itu Aku tetap menuruti permintaannya, yang jika ku pikir-pikir saat
ini, “Kok Nggilani banget,”. Hahaa lupakan. Setelah itu kami tidur hingga hiruk
pikuk kehidupan UNILA di pagi hari membangunkan kami.
Sehari
semalam aku mulai mengenali karakter kawan-kawan lintas provinsi ini. Si Nova
yang cerewet dan imut, Khairul yang sabar dan pendiam (Terbukti saat
menerima telpon dari bibinya), Al yang dingin, Mba Iza yang cuek, dan Bang
Ifroh yang jail tapi ternyata manja di depan Ayahnya.
Jadi pagi
itu, Bang Ifroh menerima telpon dari ayahnya. Aku juga tidak paham betul apa
yang sedang dibicarakan tapi selama telponan ungkapan Bang Ifroh memang
terdengar manja gitu. Hahaa. Akhirnya akupun iseng untuk mengerjainnya. Pas aku
duduk di deket colokan hape dia lagi di charge, kubilang kalau Ayahnya
nelpon. Sontak dia langsung mendatangi hapenya. Daaaan jebakan batman berhasil.
Aku juga lupa saat itu kenapa aku bisa tau pola hape Bang Ifroh, jadi pas
Khairul mau pinjam hape dan tanya ke Bang Ifroh pola hapenya. Aku langsung
berinisiatif membantu karena posisiku lebih dekat dengan Khairul.
Sosok Bang Ifroh sedang membaca Koran Tempo setelah aku bohongi Ayahnya Nelpon |
Bang Ifroh
pun heran kenapa aku bisa tahu pola hapenya. Akhirnya aku iseng lagi memasukkan
nomor hapeku di hape dia. Dari situlah kami saling menyimpan nomor wasap.
Bukan kami sih, tapi aku yang kelewat menel. Hahahaa. Hingga dikemudian hari,
beberapa bulan setelah hari-hari yang kami lewati bersama terjadi percakapan.
“Pola
hapenya sudah diganti belum,” Ku tanya padanya di obrolan online.
“Belum,
Kenapa rupanya?” Balasnya kemudian
“Jangan
diubah sampai kita ketemu lagi,” Kataku.
“Siap”
Katanya.
Terima Kasih
atas kesempatan mengenal kalian.
Note: Maaf
kalau namanya ku sebut tanpa izin, atau jika ceritanya tidak pas. Aku hanya
menulis sesuai ingatan saja. Aku juga ingin menambahkan foto Nova dan yang lain tapi sayang tidak ada yang tersimpan di hapeku.
0 Response to "Perjalanan Panjang Penuh Kejahilan"
Post a Comment