Fakta dibalik Kesederhanaan Seorang Presiden
Buku
setebal 135 halaman ini ditulis dua orang wanita yang sama-sama menjadi wartawan. Dengan gaya feature tulisan dibuku
ini mirip dengan kumpulan repostase profil seseorang. Orang-orang barangkali
akan tertarik membaca karena tokoh yang diangkat merupakan sosok nomor satu di
Indonesia.
Begitu
juga dengan aku yang juga tertarik karena sugesti dari ilustrasi gambar Jokowi
di halaman sampul buku ini. Namun yang menjadi pertimbangan selanjutnya saat
membeli buku ini adalah cap ‘National Best Seller’ yang nampang di pojok
bawah sampulnya. Aku memang gemar dengan buku-buku best seller siapapun
pengarangnya. Itulah mengapa, meski penulis buku ini belum ku kenal sebelumnya
aku tetap bersikeras menginginkan buku ini.
Secara
keseluruhan memahami karakter Ibunda Presiden Indonesia ini aku punya satu kata
yang tepat untuk beliau, yaitu prigel. Prigel berasal dari bahasa
jawa yang berarti gigih, ulet dan tegas. Tercermin dari kisahnya saat harus
sekolah dengan kawan yang semuanya berjenis kelamin laki-laki. Meski dia kerap
ditakut-takuti ulat oleh kawan-kawannya itu, Sujiatmi tetap sekolah sampai
lulus.
Demikian
juga saat membimbing anak-anaknya, Sujiatmi begitu tegas sampai semua
anaknyajuga manut (Red: Tidak melawan). Namun sifat dominan yang
diturunkan kepada Jokowi adalah kesederhanaan milik Sujiatmi. Dapat diperhatikan
meski telah menjadi orang nomor satu di Indonesia Jokowi selalu tampil apa
adanya. Kehidupannya dan keluarga pun jauh dari kata berlebih-lebihan.
“Anak-anak belajar dari contoh yang kita berikan lebih daripada perkataan kita. Sejak usia sangat muda mereka sudah belajar untuk tidak mendengarkan apapun yang kita katakan, melainkan memperhatikan apa yang kita lakukan.”- Jane Pauley- Halaman 77
Terlepas
dari tuduhan pencitraan, aku menulis review buku ini benar-benar tidak ada
unsur politik sedikitpun. Aku berusaha menyampaikan apa yang sudah aku dapat
dari buku ini. Semangat seorang ibu dalam memperjuangkan pendidikan
anak-anaknya sampai perguruan tinggi. Ditambah harus mengurusi bisnis pabrik
kayu peninggalam mendiang suaminya. Sujiatmi adalah sosok ibu yang patut
diperhitungkan jasa-jasanya.
“Kita bertanya-tanya mengapa halangan yang sangat besar harus diletakkan pada jalan kita. Mau tidak mau kadang-kadang kita bertanya-tanya mengapa bukannya lancar, pelayaran kita selalu dipaksa untuk menentang angin serta amukan gelombang. Jelas, alasannya adalah karakter todak dapat berkembang di dalam situasi yang mudah dan tenang. Hanya di dalam pengalaman-pengalaman yang penuh percobaan danpenderitaanlah jiwa dapat diperkuat, visi dapat diperjelas, ambisindapt diinspirasikan, dan sukses dapat dicapai.”-Hellen Keller- Halaman 39
Sebagai
seorang ibu, Sujiatmi betul-betul menjadi rumah untuk anak-anaknya. Seperti saat
Jokowi gagal membangun bisnisnya hingga bangkrut habis semua modalnya. Sujiatmi
tetap mendukung bahkan mencarikan modal untuk bangkit lagi.
“Hidup
itu tidak selamanya susah, tapi juga tidak selamanya.” Itulah prinsip yang
selalu dipegang Sujiatmi ketika menasihati anak-anaknya.
“Setelah Tuhan, kita berutang budi kepada perempuan, pertama-tama untuk hidup itu sendiri, kemudian karena menjadikan hidup layak untuk dilakoni”-Mari Mcleod Bethune
Begitulah
Ibu yang selalu spesial dimata anak-anaknya. Setiap anak punya penghargaan
tersendiri untuk ibunya. Demikian juga Jokowi yang begitu menghargai ibunya
dengan sikap tawaduknya.
Judul Buku :
Saya Sujiatmi, Ibunda Jokowi (Kisah Perempuan Pengajar Kesederhanaan)
Penulis :
Kristin Samah dan Fransisca Ria Susanti
Penerbit :
Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit :
2014
Tebal Buku :
135 Halaman
0 Response to "Fakta dibalik Kesederhanaan Seorang Presiden"
Post a Comment