Alasan Kenapa Kita Harus Ikut Acara Besar Selama Jadi Mahasiswa
Sebenarnya di
sini aku tidak bermaksud menspesialkan seseorang, selain diriku sendiri. Sebab,
bagiku dinding cerita ini adalah tempat spesial khusus buatku, barangkali bisa
memakai istilah “Me Place” yang serupa dengan “Me Time”.
Tapi kenapa seseorang jadi merasa spesial karena ada didinding ceritaku? Itu karena aku menjadikan waktu bersamanya adalah bagian kisah yang ingin ku abadikan. Pertanyaannya kenapa ingin diabadikan? Kenapa hayo kenapa jawab? (Sambil malu-malu keong) haha. Pasti karena spesial kan? Yaudah ngaku aja wkwk.
Tapi kenapa seseorang jadi merasa spesial karena ada didinding ceritaku? Itu karena aku menjadikan waktu bersamanya adalah bagian kisah yang ingin ku abadikan. Pertanyaannya kenapa ingin diabadikan? Kenapa hayo kenapa jawab? (Sambil malu-malu keong) haha. Pasti karena spesial kan? Yaudah ngaku aja wkwk.
Sebetulnya ada
banyak dan barangkali masih akan banyak lagi orang-orang yang menghiasi warnaku
dan paling berpengaruh dalam hidupku. Khususnya laki-laki yang mungkin telah,
sedang atau akan ku kagumi. Semua akan
aku prasastikan di sini, sebagai bentuk usaha menolak lupa. Pada bagian ini aku
akan menulis catatan perjalananku
selanjutnya, setelah setengah hari menghirup udara di Kota Medan.
Hari itu, satu
demi satu peserta Pelatihan mulai berdatangan, kami saling berkenalan,
berbasa-basi, bertukar senyum dan canda yang kadang penuh kegaringan. Wajar baru
hari pertama. Malamnya kami akan dibagi per dua atau tiga orang untuk menginap
di rumah kru Dinamika, karena akomodasi penginapan baru dapat dipakai setelah
pembukaan acara.
Malam itu aku
akan dibarengkan dengan dua kawan baru yang berasal dari Kota Semarang dan
Tasikmalaya. Masing-masing masih semester lima, satu tingkat di bawahku.
Namanya Afsana dan Vanka. Mereka berdua memiliki perangai yang lembutlah,
dibanding aku yang pecicilan haha. Memang Kota Semarang kan terkenal alus,
apalagi Tasik yakan. Hehe. Kami menginap di salah satu kru yang bernama Hasni,
yang tak kalah baiknya. Di rumahnya kami diberi kasur yang sangat empuk dan
luas, pokoknya nyaman sekali. Terima kasih Hasni.
Menjelang pagi,
kami bersiap-siap dengan Pakaian Dinas Harian (PDH) LPM masing-masing. Ibu
Hasni juga sangat baik sekali, menyiapkan sarapan untuk kami bertiga. Awalnya
sempat merasa, ‘Nanti nyaman nggak ya’, baru pertama menginap di rumah orang
Medan. Ternyata alhamdulillah sekalee.
Setelah siap,
kami sepakat untuk naik angkot saja menuju Kampus II UINSU, tempat acara
pembukaan dan seminar nasional akan di gelar. Sambil menikmati setiran supir
angkot Medan yang katanya terkenal ugal-ugalan itu.
Sesampainya di
Kampus, kami berbincang dengan peserta lain dan tak berselang lama dipersilakan
memasuki Aula tempat acara akan digelar. Mengisi registrasi dan langsung
dipersilakan duduk di deretan kursi paling depan untuk para peserta pelatihan.
Luar biasa, aku
berdecak kagum dalam hati. Seminar ini akan diisi dengan penulis buku-buku best
seller, Ahmad Rifai Rifan. Juga estimasi peserta yang akan hadir sejumlah
700 orang. Luar biasa bukan acaranya, wong LPM ku saja kalau mengadakan
seminar umum paling banyak hanya 150 orang, itupun pematerinya hanya mengambil
dari sekitar Lampung saja.
Seminar Nasional |
Setelah duduk
beberapa saat menunggu acara dimulai, salah satu kru Dinamika imut berkaca mata
menghampiriku. Katanya aku diminta untuk menjadi perwakilan peserta PJTL saat
pemotongan tumpeng nanti. Dalam hati aku sangat nervous, akan tampil di
depan ratusan orang meskipun tidak sampai berbicara, hanya menjadi peserta
simbolis.
Dan yang tak
kalah membuatku semakin nervous lagi adalah ketika aku harus duduk
berdampingan dengan Bang Syam di Depan Panggung saat pemotongan tumpeng. Tapi nervous
kali ini, membuatku ingin lagi dan lagi. Haha apasih rin.
Setelah sesi foto
pembukaan simbolis selesai dan akupun diizinkan kembali ke tempat duduk yang
semula.
Kami akan
mendengarkan pemaparan materi seminar oleh Mas Ahmad Rifai Rifan. Isi
seminarnya tentu luar biasa sekali. Karena pemateri memang sudah memiliki jam
terbang yang tak diragukan. Hanya saja Mas Rifai terlalu lembut untuk selera penyampaian
materi bagiku, maklum saja beliau kan alumni pondok jadi seperti itu hehe.
Tapi yang perlu
sama-sama kita pahami, sebagai mahasiswa penting rasanya andil dalam
acara-acara besar seperti ini. Guna membuka cakrawala, karena aku yakin
secerdas apapun mahasiswa jika tak pernah bersinggungan dengan kegiatan luar,
dia tetap bukanlah apa-apa. Seperti seonggok kapuk yang keras karena tersimpan
rapi di dalam kamar, dia akan mengembang dan empuk jika sering dijemur. Semakin
sering mahasiswa menengok dunia luar, keinginan untuk bertukar pikiran semakin
tebal, diskusi semakin hidup, kepedulian mulai tumbuh, rasa memiliki dan
berbenah lingkungan sekitar akhirnya terbangun.
Setelah materi
selesai, ada juga pembagian doorprize juga untuk para peserta yang
mengacungkan diri untuk bertanya. Aku ingin bertanya, tapi malu jadi yawis
cuma nyimak saja. Setelah itu, aku beli salah satu buku penulis best seller itu, dan bergegas
mengabadikan foto bersama idola.
Foto bersama idola, tapi tidak seperti yang diharapkan |
Selesai berfoto
dengan Mas Rifai, si Mita menggojloki (baca: meledek) Bang Syam yang
juga baru selesai foto bersama. “Bang nggak sekalian tanda tangan di sini?”
“Oh mau juga ya
tanda tanganku?” Tanya Bang Syam balik.
“Iyala bang,”
Kata Mita
“Oh kalau aku
gausah di sini, di buku nikah aja nanti,” Sergahku dengan nada guyona.
Setelah geguyonan, kita foto bareng |
Setelah acara
seminar Nasional dan pembukaan selesai, selanjutnya beres-beres barang dan
makan siang sebelum kami akan pindah tempat ke balai Pelatihan.
Aku lupa detail
perjalanan dari kampus UINSU menuju BP-PAUD (Balai Pelatihan kami),
menghabiskan berapa menit. Tapi yang jelas, kami sampai di sana menjelang
Ashar. Setelah itu harus bersiap-siap untuk menerima materi pelatihan yang
pertama, dari jam 17.00 sampai maghrib tiba.
Aku telat masuk
materi pertama ini bersama kawanku, si Mita. Kami bingung mencari tempat duduk
yang kosong untuk ditempati. Kamipun memutuskan duduk di barisan laki-laki,
karena barisan perempuan sudah penuh.
Terduduk
disampingku, Delegasi LPM Kreatif, Unimed, yang sedari awal terasa asing di
mataku. Dia memperkenalkan diri sebagai Thomas dan mengajakku ngobrol ringan.
Bertanya jurusan dan membahas tentang puisi secara singkat. Dia itu lucu, punya
nada cerita yang khas, logat Medan yang kental dan mata yang teduh. Dia orang
yang menyenangkan, jadi ndak menyesal tidak dapat kursi di bagian perempuan.
Karena dengan begitu dapat kawan yang asyik.
Dokumentasi bersama pemateri pertama |
Setelah materi
pertama ini, masih ada satu agenda lagi untuk menyelesaikan hari pertama
pelatihan. Tapi kami akan bersih-bersih diri dan salat, baru selepas isya
dilanjut dengan diskusi dan perkenalan masing-masing LPM.
Malam itu, LPM
Gemercik Universitas Siliwangi, Tasikmalaya yang menjadi pembuka perkenalan.
Kemudian disusul dengan LPM Neraca dari Politeknik Medan. Setelah itu dengan
nada berapi-api MC mempersilakan Kronika (LPM-ku memperkenalkan diri). Sungguh
memalukan karena kami lupa tidak membawa produk, sehingga pengenalan LPM sangat
tidak maksimal. (Sudah kuceritakan sebelumnya).
Perkenalan LPM |
Kami bertinga,
Aku Dewi dan Ega hanya berbekal Majalah PDF di proyektor dan penjelasan singkat
mengenai LPM. Beruntung kawan-kawan ternyata menyimpan banyak penasaran,
sehingga beberapa mengajukan pertanyaan. Seperti salah satu kawanku yang
bertanya soal proses peliputan berita TV.
Hingga Bang Ifroh dengan raut wajah kejahilan memintaku mencontohkannya. Dia juga hadir dalam diskusi itu, bahkan duduk di kursi paling depan.
Hingga Bang Ifroh dengan raut wajah kejahilan memintaku mencontohkannya. Dia juga hadir dalam diskusi itu, bahkan duduk di kursi paling depan.
“Contohkanla,
cemana cara reporter melaporkan berita,” Pintanya melalui kursi duduk.
“Wah nggak mau,
ini kan bukan materi pelatihan, saya nggak dikasih honor,” timpalku dengan nada
canda tak peduli itu forum resmi hahaha.
Diskusi antar LPM |
Setelah Kronika,
ada LPM catatan kaki yang berhasil membuat kami semua menganga dengan
penjelasannya. Pasalnya mereka ini merupakan golongan LPM garis keras yang
banyak mengusung berita-berita kritis di Kampusnya. Teruntuk adik-adik LPM ku
kalian harus belajar kuat dari mereka yang dibesarkan oleh bumi Makasar. Hehe
Setelah pukul
23.00 kami diizinkan pulang ke kamar masing-masing, meski diskusi belum
selesai. Karena hari sudah larut malam, sementara besok masih akan ada materi
pelatihan.
Bersambung..
Bersambung..
0 Response to "Alasan Kenapa Kita Harus Ikut Acara Besar Selama Jadi Mahasiswa"
Post a Comment