Gurauan Lucu Untuk Teman yang Baru Beli Sesuatu
Hari
ini aku masih disibukkan dengan penyusunan laporan kegiatan selama setahun ke
belakang. Sangat melelahkan mengurusi berkas-berkas yang njelimet itu. Kadang aku
merasa begitu lelah dan ingin menyerah. Tapi tidak semudah itu, aku memilih
berusaha sabar dan telaten mengurusinya, sembari belajar, berproses serta
menempa diri.
Aku
bersyukur memiliki rekan sekaligus kawan tertawa yang selalu punya cara melipur
lelahku. Setelah sepagi mengobbrak-abrik berkas, menyusun satu persatu,
memilah, dan memperhatikan dengan jeli segala hal yang diperlukan. Akhirnya siap
juga, untuk ditanda tangani pihak berwenang. Beliau adalah dosen pembina
organisasi kami di kampus.
Bergegas
aku menemui dosen, yang kebetulan sedang repot di rumah sehingga kami akan
menemuinya di rumah sekalian silaturahmi. Mulanya aku akan pergi bersama Momo selepas
jumatan, tapi ternyata dia ingin makan siang dulu. Akupun menungguinya di
sekret hingga jam 14.00, tapi dia tak kunjung datang, justru Falah (Ex-Pemredku)
tiba-tiba datang. Falah ini orangnya benar-benar kocak ya teman-teman. Bahkan menjadi
pemred yang seharusnya sering marah, dia malah sering jadi orang yang paling
lucu.
“Ngapain
kamu?” Tegurnya padaku yang bermuka njelimet kaya berkas-berkas di depanku
“Lagi
nungguin orang yang bisa nganterin ke tempat Pak Iwan, mau minta TTD,” ujarku
dengan lesu.
“La
terus udah janjian sama siapa emangnya?’” tanya dia lagi.
“Sama
Momo, padahal udah daritadi tapi belum dateng-dateng. Kamu mau ngapain ke
kampus?” Tanyaku balik.
“Mau
ketemu kamu.” Sambil ngakak.
Setelah
menunggu beberapa saat Momo tetap belum datang, aku memutuskan meminta Falah
untuk mengantar. Hitung-hitung sekaligus mencoba motor baru Falah. Langsung saja
tak lama-lama dia njrantal menuju parkiran dan ketika aku turun tangga dia
sudah nangkring di atas motor barunya.
“Asiik,
cobain motor baru untuk yang pertama di tahun 2019, nih,” Gurauku padanya.
“Iya
dong, malah udah siap di jlungupin ke bawah pohon pisang nih,” Timpalnya
tak mau kalah melucu.
Maklum dulu aku memang sering meledeknya karena motornya yang jelek. Bukan jelek sih, lebih tepatnya sudah lanjut usia sehingga tidak memilik stamina yang prima lagi. Tidak bisa dipakai ngebut dan juga sering mogok.
Maklum dulu aku memang sering meledeknya karena motornya yang jelek. Bukan jelek sih, lebih tepatnya sudah lanjut usia sehingga tidak memilik stamina yang prima lagi. Tidak bisa dipakai ngebut dan juga sering mogok.
Cuma kliatan spionnya |
Selepas
demisioner, dia selalu sombong ketika membicarakan barang-barang yang ingin dia
beli. Setiap hari gonta-ganti barang yang diinginkannya. Mulai dari pensil
gambar digital sampai memensiunkan motornya.
“Kok
bunyinya klitik-klitik gitu sih, katanya motor baru,” Godaku padanya saat
kami mulai keluar dari gerbang kampus menuju rumah Pak Iwan.
“Itu
tu bunyi remot yang di kontak ini lo, ini kan auto drive,” balasnya lagi
dengan gurauan. Ya iyalah, mana ada motor auto drive. Kelakon nabrak lak iyo
wkwkw.
Kami menyusuri jalanan Kota Metro yang lengang. Maklum ini masih musim libur sekolah. Tidak terlalu banyak kendaraan berlalu lalang. Memasuki gang menuju rumah Pak Iwan, tak henti-hentinya aku meledek Falah dengan Motor barunya.
“Waahh
pakai motor baru ngelewatin lubang jadi nggak kerasa ya?,” kataku dengan
cekikian.
“Yoiiiiiik,
dijlungupin aja nggak bakal kerasa ini,” Tuturnya agak ngegas menambah
kecepatan gas motornya.
Hahhaa
kami cekikikan.
“Ehh
ini bener nggak gangnya?” Tanyaku.
“Em
bener, ya benerlah kayaknya,” Jawabnya sembari menengok ke belakang untuk
memastikan.
“Gapapa
ding nyasar, asal naik motor baru,” Gurauku lagi haha. Dia juga ngakak
lagi.
Akhirnya
sampailah kami di rumah Pak Iwan. Benar saja, beliau sedang sibuk karena di
rumahnya sedang memasang keramik. Setelah menunggu sebentar, Pak Iwan menandatangani
berkas yang ku bawa sembari mengobrol ringan.
“Kamu
masih pacaran sama si Abdul (Nama samaran) nggak Rin?”. Waduh memang
Pak Iwan suka langsung to the point. Ini pasti anak-anak komunitas yang
sering ngadu sama Pak Iwan. Hmmm
“Wah
nggak pengen pacaran pak, pak. Nggak sempet sibuk main sama anak-anak sekret hehe,” jawabku
“Iya
masih muda harusnya menyibukkan diri dengan kebaikan bukan kemaksiatan, makanya
tak suruh Abdul itu nikahin kamu aja Rin, biar jelas statusmu itu, daripada
nggak jelas gini, jomlo enggak nikah juga enggak. Lagian dia udah kerja kan?”
Kata Pak Iwan.
“Hehe
iya pak, tapi masih belum siap soalnya masih seneng main,” Kataku dengan
gurau lagi.
Setelah
penandatanganan berkas selesai, kami berdua pun pamit untuk balik ke kampus
lagi. Di perjalanan pulang masih tak henti-hentinya aku ngongekin Falah
dengan motor barunya. Demikian juga dia yang terus menanggapi tak mau kalah.
Di
jalan pulang kami bersimpangan dengan berbagai kendaraan. Lalu ada sebuah mobil
yang tiba-tiba menyalip dengan posisi yang dekat dengan kami.
“Awas
mobil itu,” Kataku setengah meledek tapi juga setengah serius.
“Mobilnya
lo takut, wah motor baru itu, pasti punyaknya orang kaya, ga berani lah mau nabrak,”
Jawab si Falah.
(Aku
ngakak se ngakak-ngakaknya)
Tidak lama kemudian sampailah kita di kampus. Memasuki pintu gerbang tiba-tiba Falah menanyakan apa yang dibahas pak Iwan tadi.
“Kamu
belum siap nikah to, Rin?” Tanya Falah.
Aku
mengira pertanyaan ini antara serius atau bercanda. Karena kami memang sering
berdiskusi tentang kehidupan. Aku memilih menanggapinya dengan cekikikan.
“Wkwkw
ya belumlah, kamu nanya serius atau becanda aku kadang gabisa bedain,”
Kataku.
“Ya
aku nanya serius, coba tanya aku balik deh” Katanya lagi. Aku masih
cekikian begitu Falah membelokkan motor ke pelataran Kampus.
“Emm
bentar-bentar aku tak mengatur rima tawaku duluk,” Kataku
“Oke
aku tunggu,” Katanya
“Jadi
kalau kamu udah siap nikah belum?” Tanyaku diiringi tawa tak tertahan.
“Ya
belumlah, kan kamu belum. Jadi aku belum juga, nanti kalau kamu udah siap baru
aku siap,” Katanya.
Tak terasa kami sudah sampai di parkiran. Aku turun
dari boncengan dan melangkah menuju tangga sekret. Ehh bentar liat deh.
Si Falah memamerkan ketika dia mengunci stang motronya dengan remote control. Sampai
kapan aku akan mampu bareng orang-orang gila haha.
Aku kasih bonus |
Aku dri tdi cri kolom komentar ny, dan skrg udh ktmu hehe
ReplyDeleteNyari kolom komentar aja susah, apalagi
DeleteWaktu itu pernah baca. Ini baca lagi. Ge Be El Ka kali.. hmm kangen
ReplyDeleteEmang hidup hanya tentang menertawakan kegoblokan satu dan yang lain
Delete