Hari Kedua Pelatihan di Medan
Kini tibalah hari kedua pelatihan, peserta diperkenankan
memakai baju bebas sesuka hati. Berbalut dress ungu aku memulai hari dengan
suasana dan kawan-kawan baru. Semuanya sangat menyenangkan. Pagi-pagi di depan
kamarku juga sudah berisik suara Thomas karena dia sangat kurang kerjaan.
Ngeprank anak-anak dengan panggilan “Hey...” terus kalau ada yang nengok
dilanjutin nyanyi “Hey tayoo... hey tayoo.” Atau dia nyapa “Pagi...” (seolah
ngucapin selamat pagi), tapi sebetulnya itu lagu Virza yang judulnya Tentang Rindu, kira-kira liriknya gini,
“Pagiiii telah pergi, mentari tak bersinar lagi.... (Sangat iseng, mungkin itulah caranya akrab dengan kawan-kawan baru)
Hari ini akan ada dua materi, yaitu tentang Fotografi dan
Sosial Media. Namun sebelum mulai materi terlebih dahulu kami sarapan bersama.
Panitia sudah menyiapkan sarapan lontong sayur, Medan. Porsinya menurutku
sedikit, karena aku banyak makan haha.
Pada materi pertama banyak sekali yang
kita bahas mengenai fotografi, utamanya untuk kepentingan jurnalistik. Melihat
gencarnya sosial media yang berdampak menjamurnya jurnalisme warga, kiranya
perlu sekali ada edukasi fotografi jurnalistik. Supaya tidak lagi bertebaran
foto-foto yang dikonsumsi publik tidak sesuai etika.
Materi berlangsung hingga menjelang zuhur, kemudian kami
makan siang dan lanjut materi Sosial Media. Seingatku aku sangat ngantuk
mendengar materi ini. Tentang sosial media dan pengaruhnya bagi jurnalistik.
Setelah materi selesai kami foto bersama dan pulang ke kamar masing-masing.
Dokumentasi Bersama Pemateri Foto Jurnalistik |
Bonus |
Hari kedua ini berjalan seperti biasa, tanpa Bang Syam
seingatku. Kami hanya semakin akrab dengan peserta lain.
Makassar, Padang, dan Lampung |
Malamnya kami diskusi dengan Duta Bahasa Sumatera Utara,
Patrial Zega namanya. Barangkali ini yang lebih seru, kami ditantang untuk
berkenalan dengan bahasa daerah masing-masing. Kemudian kami diajak menggemakan
sebuah jargon yang berbunyi:
“Utamakan Bahasa Indonesia, Lestarikan Bahasa Daerah, dan
Kuasa Bahasa Asing”
Sebelum diskusi mulai, Thomas bilang kalau dia kenal sama
dubas ini, karena satu kampus dengannya, juga satu stambuk. Stambuk itu artinya
angkatan, awalnya aku tidak mengerti ketika kawan-kawan menanyakan “Stanbuk
berapa?”. Akhirnya ketika aku tanya stambuk itu artinya angkatan.
Peserta juga banyak yang antusias berdiskusi malam itu.
Membicarakan bagaimna eksistensi bahasa Indonesia yang sebenarnya belum menjadi
bahasa utama bagi sebagian masyarkat Indonesia.
0 Response to "Hari Kedua Pelatihan di Medan"
Post a Comment