Review Film Perempuan Tanah Jahanam
"Besok aja ya tak traktir aja gantinya gak dateng" Kata seseorang karena merasa sedikit mengecewakan tidak datang sewaktu aku ujian skripsi.
Tapi seperti gayung bersambut, ada suatu hal yang ingin aku lakukan setelah berjuang penuh drama itu. Langsung saja lisan ini nyeletuk "Nonton wkwkw"
"Siap lah," Katanya seperti tanpa pertimbangan apapun
"Perempuan tanah jahanam ya," Kataku lagi.
"Wedian, okee." Jawabnya.
Alasan pertama yang membuat aku ingin sekali nonton film ini karena pada judulnya terdapat kata 'Perempuan'. Alasan lain kemudian muncul karena film ini adalah besutan sutradara keren Joko Anwar, yang beberapa waktu lalu nyekak-nyekak Livi Zheng.
Memang sepertinya film garapan Joko Anwar sering identik dengan perempuan-perempuan yang melempaui batasan, kayak Pengabdi Setan. Yang jelas tidak diragukan lagi, sutradara kita ini dikenal dengan karya-karyanya yang selalu keren.
Berbekal dua alasan itulah, aku benar-benar tidak ingin dikecewakan oleh ekspektasi. Tapi sehari sebelum menonton aku mendapat kabar dari teman yang baru nonton film ini. Katanya biasa aja, tidak terlalu seram dan konfliknya ya biasa, tidak berbeda jauh dengan film Indonesia yang lain.
Sempat ragu dan ingin nonton film lain saja, tapi akhirnya tetap milih film ini. Well setelah menonton aku percaya bahwa bagus atau tidak suatu film memang masalah selera, akupun memutuskan tetap nonton film ini.
Akhirnya aku membuktikan bahwa film ini benar-benar recommended. Karena bagiku film ini keren, berhasil mengaduk-aduk perasaan selama di dalam studio.
Hal pertama yang akan ku beri apresiasi adalah latar tempat Film ini. Sebuah desa dengan nama Harjosari yang terlihat begitu asri dan asli. Rumah-rumah dari papan yang begitu alami menampilkan sebuah desa yang konon mendapat kutukan sejak 20 tahun lamanya. Joko Anwar benar-benar menghadirkan sebuah tempat yang zaman bahuela, dan itu membuat flashback aja sih.
Di desa itu ada sebuah rumah besar tidak dihuni, yang konon adalah rumah Mantan Kepala Desa dan Dalang bernama Ki Donowongso. Settingan rumah besar yang tadinya dihuni seorang terpandang dan paling mewah satu desa, kemudian disulap menjadi rumah tua, penuh semak belukar, dan berdebu. Serta dijuluki rumah penyakit yang tak seorangpun ingin singgah di sana, semua terlihat sangat alami.
Film Perempuan Tanah Jahanam lebih dari sekadar konflik warisan keluarga, tapi menggambarkan potret perempuan-perempuan kuat yang tidak ingin menggantungkan dirinya kepada siapapun.
Sang tokoh utama yang bernama Rahayu atau Maya diperankan oleh Tara Basro adalah representasi perempuan milenial dengan lisan nyablak tapi sarat akan kemandirian. Bagaimana ia berjuang menghidupi dirinya mulai dari penjaga tol, jualan baju obralan, sampai mengejar warisan ke desadan sekaligus mengantarkannya kepada masa lalu yang kelam.
Ia adalah anak perempuan yang didambakan Kepala Desa Sekaligus dalang bernama Ki Donowongso. Malangnya mendapat kutukan lahir tanpa kulit sebab diguna-guna sejak dalam kandungan. Nah, Ki Donowongso melakukan persekutuan dengan iblis untuk membuat anaknya sembuh dari kutukan itu. Tapi sejak umur 5 tahun ia dilarikan ke kota, dan sejak itulah ia tak pernah bertemu orang tuanya. Bahkan ia mengingat wajah orang tuanya hanya dari selembar foto. Mulai dari sinilah konflik itu dimulai.
Ialah Nyi Misti yang diperankan Cristine Hakim , Sebenar-benarnya perempuan berdikari ketika ia diperlalukan semena-mena bahkan direnggut kehormatannya karena relasi kuasa. Sering ditiduri majikannya yang tidak lain adalah ayah dari Ki Donowongso tidak menjadikannya berani mengatakan ketidakadilan yang menimpa karena status sosialnya rendah.
Ia diam tapi sebenarnya tetap melawan, ketika tahu anak hasil ditiduri majikannya (Saptadi, yang nantinya bakal ngebunuh Ki Donowongso dan menggantikan posisinya) justru jatuh cinta dengan istri Ki Donowongso yaitu Nyi Shinta. Ia memberi jampi-jampi agar anaknya melupakan Nyi Shinta, padahal mereka berdua sudah pernah berhubungan badan. Well, sekarang tahu kan Maya atau Rahayu anak siapa?
Nyi Mistilah akhirnya yang menjadi dalang atas semua kutukan yang menimpa warga desa Harjosari. Bagaimana ia membuktikan kekalahannya dengan klenik dan langkah gerilya. Rasanya Nyi Misti ini kok kaya joker ya, orang jahat yang awalnya adalah orang baik tapi tersakiti.
Kemudian Ratih yang diperankan Asmara Abighail , sosok perempuan mandiri berhati malaikat. Karena hatinya tidak ikut memelihara dendam kepada Rahayu seperti warga lain, padahal ia juga tahu suaminya mati karena akan membunuh Rahayu. Baginya "Membunuh atau menguliti Rahayu tidak benar-benar ada gunanya."
Di sini boleh dikatakan dialah tokoh protagonisnya. Ia selalu jadi penolong dan pelindung Rahayu dari kejaran warga yang bernapsu ingin mengulitinya. Sebab mereka percaya kutukan yang berlangsung 20 tahun itu akan hilang kalau seseorang yang menjadi musabab hilangnya tiga anak 20 tahun silam, dikuliti dan dijadikan wayang.
Setidaknya tiga perempuan itulah yang menjadi tokoh paling berpengaruh dalam film ini. Yang berhasil membuat jantung serasa diaduk-aduk, apalagi sewaktu Nyi Misti Menggorok leher Dini (Sahabat yang menemani Rahayu ke Desa itu), karena ia ngaku-ngaku jadi Rahayu. Bahhh itu kek kek apa yaa, kek motong kambing, libas habis dan darahnya makcuuurrrr.
Benar-benar Petjah banget horornya pas Rahayu Kabur dari kejaran warga, dia bermaksud nebeng mobil yang lewat, eh setan anak kecil nongol tiba-tiba. Gilak itu kagetnya kerasa sampai sekarang. Film Perempuan Tanah Jahanam Mengajarkan bahwa cewe idaman itu bukan yang kemana-mana minta anterin tapi yang berani nyegat mobil lewat terus nebeng. "Om tolong tebengi, saya lagi dikejar-kejar.." wkwkwkw.
Meskipun begitu, ada beberapa hal yang membuatku kurang nyaman yang mungkin jadi bagian dari kelemahan film ini, seperti aksen bahasa jawa pada beberapa tokoh kurang luwes. Entah karena pemilihan tokohnya atau karena belum mendalami karakter. Overall, semua tertutupi dengan kelebihan-kelebihan film ini.
Judul Film : Perempuan Tanah Jahanam
Sutradara : Joko Anwar
Genre : Horor Psikologis
Tahun : 2019
Periviu : Ririn Erviana
Pada akhirnya aku dapat menyimpulkan bahwa kesempurnaan menonton film ditentukan atas dua hal. Yang pertama keseruan filmnya dan yang kedua adalah dengan siapa kita menonton. Dan kali ini aku telah menemukan dua hal itu. Terima kasih untuk yang menepati janjinya.
Tapi seperti gayung bersambut, ada suatu hal yang ingin aku lakukan setelah berjuang penuh drama itu. Langsung saja lisan ini nyeletuk "Nonton wkwkw"
"Siap lah," Katanya seperti tanpa pertimbangan apapun
"Perempuan tanah jahanam ya," Kataku lagi.
"Wedian, okee." Jawabnya.
Alasan pertama yang membuat aku ingin sekali nonton film ini karena pada judulnya terdapat kata 'Perempuan'. Alasan lain kemudian muncul karena film ini adalah besutan sutradara keren Joko Anwar, yang beberapa waktu lalu nyekak-nyekak Livi Zheng.
Memang sepertinya film garapan Joko Anwar sering identik dengan perempuan-perempuan yang melempaui batasan, kayak Pengabdi Setan. Yang jelas tidak diragukan lagi, sutradara kita ini dikenal dengan karya-karyanya yang selalu keren.
Berbekal dua alasan itulah, aku benar-benar tidak ingin dikecewakan oleh ekspektasi. Tapi sehari sebelum menonton aku mendapat kabar dari teman yang baru nonton film ini. Katanya biasa aja, tidak terlalu seram dan konfliknya ya biasa, tidak berbeda jauh dengan film Indonesia yang lain.
Sempat ragu dan ingin nonton film lain saja, tapi akhirnya tetap milih film ini. Well setelah menonton aku percaya bahwa bagus atau tidak suatu film memang masalah selera, akupun memutuskan tetap nonton film ini.
Akhirnya aku membuktikan bahwa film ini benar-benar recommended. Karena bagiku film ini keren, berhasil mengaduk-aduk perasaan selama di dalam studio.
Hal pertama yang akan ku beri apresiasi adalah latar tempat Film ini. Sebuah desa dengan nama Harjosari yang terlihat begitu asri dan asli. Rumah-rumah dari papan yang begitu alami menampilkan sebuah desa yang konon mendapat kutukan sejak 20 tahun lamanya. Joko Anwar benar-benar menghadirkan sebuah tempat yang zaman bahuela, dan itu membuat flashback aja sih.
Di desa itu ada sebuah rumah besar tidak dihuni, yang konon adalah rumah Mantan Kepala Desa dan Dalang bernama Ki Donowongso. Settingan rumah besar yang tadinya dihuni seorang terpandang dan paling mewah satu desa, kemudian disulap menjadi rumah tua, penuh semak belukar, dan berdebu. Serta dijuluki rumah penyakit yang tak seorangpun ingin singgah di sana, semua terlihat sangat alami.
Film Perempuan Tanah Jahanam lebih dari sekadar konflik warisan keluarga, tapi menggambarkan potret perempuan-perempuan kuat yang tidak ingin menggantungkan dirinya kepada siapapun.
Sang tokoh utama yang bernama Rahayu atau Maya diperankan oleh Tara Basro adalah representasi perempuan milenial dengan lisan nyablak tapi sarat akan kemandirian. Bagaimana ia berjuang menghidupi dirinya mulai dari penjaga tol, jualan baju obralan, sampai mengejar warisan ke desadan sekaligus mengantarkannya kepada masa lalu yang kelam.
Ia adalah anak perempuan yang didambakan Kepala Desa Sekaligus dalang bernama Ki Donowongso. Malangnya mendapat kutukan lahir tanpa kulit sebab diguna-guna sejak dalam kandungan. Nah, Ki Donowongso melakukan persekutuan dengan iblis untuk membuat anaknya sembuh dari kutukan itu. Tapi sejak umur 5 tahun ia dilarikan ke kota, dan sejak itulah ia tak pernah bertemu orang tuanya. Bahkan ia mengingat wajah orang tuanya hanya dari selembar foto. Mulai dari sinilah konflik itu dimulai.
Ialah Nyi Misti yang diperankan Cristine Hakim , Sebenar-benarnya perempuan berdikari ketika ia diperlalukan semena-mena bahkan direnggut kehormatannya karena relasi kuasa. Sering ditiduri majikannya yang tidak lain adalah ayah dari Ki Donowongso tidak menjadikannya berani mengatakan ketidakadilan yang menimpa karena status sosialnya rendah.
Ia diam tapi sebenarnya tetap melawan, ketika tahu anak hasil ditiduri majikannya (Saptadi, yang nantinya bakal ngebunuh Ki Donowongso dan menggantikan posisinya) justru jatuh cinta dengan istri Ki Donowongso yaitu Nyi Shinta. Ia memberi jampi-jampi agar anaknya melupakan Nyi Shinta, padahal mereka berdua sudah pernah berhubungan badan. Well, sekarang tahu kan Maya atau Rahayu anak siapa?
Nyi Mistilah akhirnya yang menjadi dalang atas semua kutukan yang menimpa warga desa Harjosari. Bagaimana ia membuktikan kekalahannya dengan klenik dan langkah gerilya. Rasanya Nyi Misti ini kok kaya joker ya, orang jahat yang awalnya adalah orang baik tapi tersakiti.
Kemudian Ratih yang diperankan Asmara Abighail , sosok perempuan mandiri berhati malaikat. Karena hatinya tidak ikut memelihara dendam kepada Rahayu seperti warga lain, padahal ia juga tahu suaminya mati karena akan membunuh Rahayu. Baginya "Membunuh atau menguliti Rahayu tidak benar-benar ada gunanya."
Di sini boleh dikatakan dialah tokoh protagonisnya. Ia selalu jadi penolong dan pelindung Rahayu dari kejaran warga yang bernapsu ingin mengulitinya. Sebab mereka percaya kutukan yang berlangsung 20 tahun itu akan hilang kalau seseorang yang menjadi musabab hilangnya tiga anak 20 tahun silam, dikuliti dan dijadikan wayang.
Setidaknya tiga perempuan itulah yang menjadi tokoh paling berpengaruh dalam film ini. Yang berhasil membuat jantung serasa diaduk-aduk, apalagi sewaktu Nyi Misti Menggorok leher Dini (Sahabat yang menemani Rahayu ke Desa itu), karena ia ngaku-ngaku jadi Rahayu. Bahhh itu kek kek apa yaa, kek motong kambing, libas habis dan darahnya makcuuurrrr.
Benar-benar Petjah banget horornya pas Rahayu Kabur dari kejaran warga, dia bermaksud nebeng mobil yang lewat, eh setan anak kecil nongol tiba-tiba. Gilak itu kagetnya kerasa sampai sekarang. Film Perempuan Tanah Jahanam Mengajarkan bahwa cewe idaman itu bukan yang kemana-mana minta anterin tapi yang berani nyegat mobil lewat terus nebeng. "Om tolong tebengi, saya lagi dikejar-kejar.." wkwkwkw.
Meskipun begitu, ada beberapa hal yang membuatku kurang nyaman yang mungkin jadi bagian dari kelemahan film ini, seperti aksen bahasa jawa pada beberapa tokoh kurang luwes. Entah karena pemilihan tokohnya atau karena belum mendalami karakter. Overall, semua tertutupi dengan kelebihan-kelebihan film ini.
Judul Film : Perempuan Tanah Jahanam
Sutradara : Joko Anwar
Genre : Horor Psikologis
Tahun : 2019
Periviu : Ririn Erviana
Pada akhirnya aku dapat menyimpulkan bahwa kesempurnaan menonton film ditentukan atas dua hal. Yang pertama keseruan filmnya dan yang kedua adalah dengan siapa kita menonton. Dan kali ini aku telah menemukan dua hal itu. Terima kasih untuk yang menepati janjinya.
Maaf lecek, karena sampai rumah baru kepikiran satu-satunya cara paling halal mengabadikan jejak nonton dengan memotret tiketnya |
0 Response to "Review Film Perempuan Tanah Jahanam"
Post a Comment