Melihat Senja
Pukul 05.06 WIB, aku terjaga dari lelap. Sedikit lebih pagi dari biasanya. Gemercik air terdengar dari luar kamarku. Rupanya pagi ini, untuk pertama kalinya semasa kemarau, kotaku diguyur hujan.
Padahal baru semalaman aku mengumpat dan mencaci kapan hari akan turun hujan. Biasanya dirimu yang selalu jadi korban amukanku karena kepanasan. Tapi tidak malam ini, kita hening dengan agenda masing-masing.
Pagi ini, intensitas oksigen yang masuk ke kamarku lebih dari biasanya. Juga sedikit angin yang membuatku merasa dingin. Ingatanku masing tetap hangat, dengan pola wajah dan senyummu yang terus ku ingat.
Ku rasa, bumi sedang memecahkan rindunya pada tetes air dari langit. Membuatku sedikit iri. Harum tanah yang basah itu seolah sedang meledekku karena tak kunjung selesai menabung rindu.
Hari ini langit juga masih kelabu, tidak ada tanda-tanda mentari akan ranum saat senja nanti. Padahal kita berencana akan melihat senja. Tidak apa, mari kita biarkan langit bercumbu dengan bumi untuk melepas rindunya. Kita hanya perlu sedikit sabar untuk menghabiskan waktu di bawah senja berdua.
Kalau boleh jujur, sejak pertama kali kita bertemu. Aku sudah menyusun beberapa prasangka. Bahwa kita akan seperti sekarang ini. Berawal dari tatapmu yang diam-diam mencuri pandang terhadapku.
"..Dan semua hari yang biasa saja. Berubah menjadi istimewa.."
Lirik lagu upaya maksimal dari The Rain seperti mewakili keadaan kita, atau sebenarnya hanya aku saja? Ah entahlah aku tidak ingin memusingkan itu.
Malam minggu tiba, saat dimana aku biasa bersibuk ria dan tanpa rencana kita habiskan bersama. Sebenarnya ada dua keinginan yang ingin sekali aku lakukan berdua. Yang pertama melihat senja dan yang kedua mengobrol santai di taman.
Dan minggu sore kau mewujudkan salah satunya. Memendam rasa kantukmu karena semalam begadang, dan rasa lelahmu karena siangnya mengisi materi pelatihan. Tapi sayang, semesta masih ingin melihat kita berusaha jalan berdua lagi. Sore itu kita tidak dapat mengabadikan senja. Kita hanya bisa menikmatinya secara singkat. Aku kecewa lantas sedikit menggerutu kepadamu.
Tentang seharusnya kita tidak perlu berjalan jauh untuk melihat senja. Karena sepertinya berbincang denganmu di Taman Kota sepertinya lebih seru dan tidak menghabiskan energimu untuk menyetir.
Tapi katamu, kita sudah mewujudkan keinginanku.
"Melihat senja? Udah, Duduk berdua? Udah (di atas motor), Ngobrol? Sekarang kita lagi ngobrol kan?"
Dan itu nyebeliiiiiiiiiin.....
Sebagai akibatnya, malam berikutnya kita atau sebenarnya dirimu dilanda kelelahan. Tapi senang kan? Hehehehee
0 Response to "Melihat Senja"
Post a Comment