[Tidak] Selalu 'Aku Sayang Kamu'
"Menuliskan seseorang itu bisa memberi kekuatan magis. Merasa terspesialkan. Sebab menulis adalah pekerjaan yang menghasilkan keabadian. Kalau ternyata kita tidak bisa bersama secara abadi. Boleh saja bukan? Kalau kita abadi dalam tulisan."
Laki-laki Cuek
Adalah kamu, spesies mahkluk dibumi yang kerap mengundang rasa ingin nggetak karena aku Kezel dan geregetan. Tapi apalah daya, tidak banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengubah apa-apa yang sudah menjadi bawaan. Maka benar apa yang dikatakan Raditya Dika.
"Jangan menikah dengan orang yang ingin kamu ubah, tapi menikahlah dengan orang yang kamu ingin."
Maksudnya mungkin kalau kita sudah menginginkan seseorang, tidak perlu lagi ditambah ingin mengubah apa-apa yang ada dalam dirinya.
Maka selanjutnya ku katakan, aku tidak ingin mengutuk perkenalan kita yang tergolong sedikit menyebalkan karena sifat cuek dan dinginmu. Untung aku kuat, jadi nggak kena hypotermia karena sikap dinginmu itu.
Lalu, aku berkelana pada pikiranku sendiri. Menerka sebab apa kita seperti diperjodohkan oleh semesta. Ketika timing-nya ku rasa tepat, saat sama-sama sedang patah hati. Sama-sama tidak ingin menjadi korban pelarian. Sama-sama pernah menjadi juara kedua dan orang yang berada di garis terdepan.
Lantas setelah kita saling bercerita, akan disebut sebagai apa rutinitas obrolan yang garing dan sebetulnya aku tidak suka ketika semua berakhir, itu?
***
Sebagai perempuan, aku berasumsi laki-laki punya caranya sendiri dalam memberi perhatian atau bahkan keromantisan. Tidak melulu harus pandai beretorika. Atau terus berbicara tentang hal-hal manis.
Karena jika itu menjadi tolak ukur, bagaimana dengan laki-laki cuek sepertimu yang mungkin sedikit sulit untuk melakukan itu semua. Sehingga dapat ku tarik kesimpulan sederhana.
"Laki-laki cuek juga bisa romantis dengan caranya"
Bahkan sebenarnya seseorang yang cuek kalau sudah sayang itu tidak main-main. Dan kalau diizinkan, aku ingin menemukannya pada dirimu. Pada setiap hal-hal sederhana yang menurutku itu boleh dibaperi. Pada perhatian yang ungkapannya jauh dari kata manis.
Aku tidak ingin sombong ketika mengatakan beberapa laki-laki yang mendekatiku dengan berbagai cara. Bahkan menebak apa yang ku suka, mengajakku diskusi tentang hal serius yang ndakik-ndakik. Berharap aku menaruh kagum akan banyaknya buku yang ia khatamkan.
Itulah yang menjadi alasan kenapa ku tunda membalas banyak pesan. Yang beberapa waktu lalu dirimu juga menyaksikan.
"Balas itu pesannya," Katamu
Tapi sekali lagi ku katakan. "Pernahkah aku menunda balasan pesanmu?" Padahal pesanmu itu dingin, cuek, dan garing. Tapi itu kalau dibaca oleh orang lain. Karena dimataku roomchat kita tetaplah sebuah tempat untuk menabung rasa rindu.
Tempat dimana aku sering sebal atas kata-katamu yang sulit dimengerti. Tentang hal-hal kecil yang aku minta darimu. Seperti aku tidak suka dipanggil 'koe' olehmu.
Maaf sudah membuatmu pusing dengan rentetan permintaan yang tidak terlalu penting. Bagiku, atau bagi kebanyakan perempuan sapaan adalah hal yang sakral, kamu harus membenci hal-hal kasar dan mencintai kelembutan.
Dan sejak itu seharusnya semesta sudah setuju kalau ternyata perhatianku tertuju padamu. Ternyata aku salah ketika menganggap pertanyaan 'lagi apa' dan 'sudah makan' itu tidak penting. Kepadamu ku katakan, kini aku tahu betapa pentingnya berkabar dan bertanya itu kepada seseorang.
Ternyata penting atau tidak penting sebuah percakapan itu tergantung 'dengan siapa' nya bukan tergantung percakapannya. Seperti yang pernah aku syukuri ketika sebuah "Wes gek turu" adalah level perhatian paling brengsek darimu.
Padahal apasih? Aku bisa mendapatkan pesan itu dalam bentuk lebih dari yang lain. Tapi serotonin yang ditimbulkan tidak pernah lebih dari perhatian sederhana darimu.
Pernah suatu kali aku kegirangan karena dibawakan ketoprak olehmu. Ternyata benar ya, bucin kadang bisa senorak itu. Orang di luar sana bisa saja pamer dibelikan ini itu, oleh seseorangnya. Tapi aku juga berhak pamer kebahagiaan atas hal-hal kecil ini bukan?
Aku Tidak Membenci Masa Lalumu
Kamu harus tahu bahwa aku tidak ingin membenci masa lalumu. Aku suka kalau dirimu menceritakannya. Se-manis atau se-pahit apapun itu, tidak akan masalah jika itu kejujuran.
Kamu pernah berkata tidak ingin melanjutkan cerita hanya karena mataku berkaca-kaca. Perempuan kadang terlalu egois ingin tahu, bahkan jika itu membuatnya cemburu.
Maka setidaknya itu juga yang ku harapkan darimu. Tidak membenci masa laluku. Aku hanya ingin kita melukis harapan-harapan di masa yang tidak ingin aku ukur lamanya.
Kita percaya bukan bahwa setiap orang akan menjumpai patah hati paling ambyar versi hidupnya masing-masing. Maka kabar baiknya dirimu pernah melalui itu, pernah merasakan sakit yang sangat sakit. Begitupun aku.
Kita jadi punya alasan untuk saling tidak mengulanginya. Karena tahu betapa sakitnya sebuah kehilangan.
Hal-hal Sederhana
Aku percaya semesta selalu punya kejutan. Tidak lupa ia hadirkan senja dan malam untuk memeluk kita dalam kerinduan. Ia juga hadiahkan pagi untuk kita memungut recehan rindu yang kita keluhkan semalam.
Kalau aku memang berlebihan berarti wajar jika menganggap hal teromantis yang pernah kita lalui tidak lebih dari sekadar mendekatkan telingamu dan wajahku saat aku berbicara pelan.
Dirimu berkata "Hmmm?" Sebagai isyarat agar aku mengulang perkataanku lagi. Tapi nakalnya, aku sengaja tidak menambah volume suaraku. Hanya agar dirimu tidak memalingkan pandangan dari wajah dan mengeja gerak bibirku.
Suatu hari aku berharap kata-kata idolaku yang kau repost benar-benar mewakili kata hatimu.
Tidak perlu sering-sering berkata "Aku sayang kamu" kalau hanya sebatas rutinitas
Karena aku percaya kata I Love You itu bisa diwujudkan dalam bentuk apa saja. Tidak harus kata-kata. Bisa perlakuan. Boleh sikap atau Tindakan.
Mungkin ini yg dirasakan mantan2 gua.... Seandainya kalo gua punya 😆.
ReplyDeleteBw balik ya sist https://shbtsbn.blogspot.com
Asiyaaapp
ReplyDelete