Alasan Kenapa Sebagian Besar Guru adalah Perempuan
Seringkali kita jumpai, sebagian besar guru di sebuah
sekolah terdiri dari perempuan. Hanya sedikit guru laki-lakinya. Sengaja
menggunakan judul yang mengandung pertanyaan seperti ini. berharap dapat
mewakili pertanyaan banyak orang di luar sana.
Meskipun, tentu saja sudah banyak alasan klasik bertebaran
kenapa sebagian besar guru-guru di Sekolah
terdiri dari perempuan. Misalnya karena perempuan lebih cocok dengan
pekerjaan mendidik yang identik dengan kesabaran dan ketelatenan. Atau karena
peserta didik lebih mudah memahami perkataan perempuan karena terbiasa dengan
ibunya di rumah.
Ada alasan lain sebetulnya yang mulai disadari banyak orang.
Berhubungan dengan profesi, dapat dikatakan guru adalah profesi dengan tingkat
keterjaminan gaji yang paling tidak memuaskan. Yah meskipun lagi-lagi tingkat
kepuasaan antara individu satu dengan yang lain tidak bisa disama-ratakan.
Data dari Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia
atau Kemenaker menunjukkan sebanyak 63% sarjana bekerja tidak sesuai dengan
jurusannya. Termasuk di dalamnya adalah alumni Fakultas Pendidikan di Seluruh
Indonesia.
Sehingga alumni pendidikan yang laki-laki lebih sering
memilih untuk bekerja di sebuah korporasi atau berwirausaha ketimbang di
Sekolah. Kebiasaan masyarakat yang menghamba pada maskulinitas laki-laki
menyebabkan keharusan seorang laki-laki tidak hanya mencukupi kebutuhan
dirinya, tapi juga keluarga yang sepenuhnya menjadi tanggunjawabnya. Sehingga
keputusan bekerja pada korporasi yang mampu menggaji dengan nominal lebih besar
menjadi alternatif.
Seperti terjadi di sekolah tempat saya mengabdikan diri.
Sebagian besar guru-guru di sini adalah perempuan. Beberapa laki-laki yang
masih bertahan sering terlihat keluhan di sudut matanya. Apalagi jika mereka
sudah berkeluarga. Lain halnya dengan perempuan, yang hari ini masih terus
dimaklumi ketika gajinya segitu-gitu aja.
Padahal pertumbuhan masyarakat dengan konsep ini sebenarnya
tidak sehat. Karena mendorong perempuan untuk bergantung pada laki-laki.
Bayangkan saja ketika, tiba-tiba perempuan menjadi janda atau suaminya tidak
dapat bekerja dengan baik lagi. ia akan kelimpungan karena tempat yang biasa
untuk bergantung sedang rapuh. Laki-laki kan juga manusia yang bisa rapuh hehe.
Karena masyarakat menilai penghasilan perempuan adalah
income tambahan dari laki-laki. Tak heran jika beberapa korporasi juga
menerapkan perbedaan gaji antara laki-laki dan perempuan. Seperti sebuah lembaga di London, Chartered
Management Institute merilis sebuah survei soal perbedaan gaji antara pekerja
pria dan perempuan.
Kembali ke topik pembahasan utama, seringkali saya bayangkan
betapa repotnya guru-guru perempuan setiap hari. Ketika harus berhadapan dengan
beban domestik mengurus anak, menyiapkan sarapan kemudian berangkat mengajar
pukul 07.00. Akan berbeda dengan laki-laki yang seringnya tak memiliki beban
domestik. Maka adanya konsep kesalingan tentu menjadi angin segar bagi
perempuan.
Dunia menjadi lebih ramah untuk memaklumi dan mendesak
musnahnya beban ganda yang harus diderita banyak perempuan. Di sisi lain, ia
diberi akes dan fasilitas untuk turut berperan di ranah publik menjadi
perempuan karir. Sementara pekerjaan menyoal rumah dan anak bisa dikerjakan
secara bersama oleh pasangannya. Karena semua adalah tanggungjawab bersama.
As reported by Stanford Medical, It's in fact the one and ONLY reason this country's women get to live 10 years longer and weigh an average of 19 kilos less than us.
ReplyDelete(And actually, it is not about genetics or some secret-exercise and EVERYTHING to do with "how" they eat.)
P.S, What I said is "HOW", not "WHAT"...
TAP this link to find out if this short quiz can help you unlock your real weight loss possibility