Kota Metro dan Segala Keindahannya
Memang sejak kenal dengannya, kami berdua sering
membicarakan tentang Kota Metro. mulai dari kebijakan kota, peran-peran dinas
kota, icon tata kota, dan tentu saja kulinernya. Kota ini tidak luas, sehingga
mengitarinya bukanlah hal yang sulit. Kami biasa berboncengan untuk sekadar
mencari senja atau kulineran.
Beruntung, ia yang menjadi bagian manis dari kota ini adalah
laki-laki pecinta kuliner. Berhubung ia lahir dan semasa hidupnya tinggal di Metro,
banyak sekali referensi tempat makan yang ia punya. Sesekali kami juga mencoba
makanan yang baru buka.
Maklum selama 5 tahun terakhir, industri makanan di kota ini
berkembang cukup pesat. Saya ingat sekali, waktu pertama kuliah, jalan-jalan
sekitar simpang kampus belum ramai pedagang makanan. Padahal sekarang, jika
kita berjalan dari simpang kampus ke Ujung Metro Timur, keadaannya sudah
seperti di Thailand. Banyak sekali aneka makanan yang dijual, ada seblak,nasi
goreng, bakso mercon, takoyaki, minuman kekinian, sempol, siomay, dan lain
sebagainya. Cukup lelah jika kita benar-benar akan menghitung jumlahnya.
Kami berdua suka sekali hunting makanan terutama mie dan
nasi goreng. Alasannya sederhana, aku suka mie dan dia suka nasi goreng. Jadi kami
ganti-gantian hunting dua makanan itu setiap kencan. Menarik sekali jika kami
membicarakan soal kuliner, pertama karena aku suka makan dan cukup tahu tentang
masakan dan kedua karena refensi kuliner dia itu mengandung nilai-nilai
legenda.
Dia pernah bercerita tentang bagaimana ia menganalisis suatu
nasi goreng yang enak. menurutnya nasi goreng yang enak itu jika telurnya
dicampur ke nasi atau dari segi plating-nya tertata.
Dia bahkan punya referensi warung soto yang letaknya
tersembunyi di Simbarwaringin. Aneh banget. Katanya sih itu kerjaannya dulu sewaktu gabut, sering
keliling dan nyobain makanan-makanan.
Mie ayam ke sekian yang aku cobain dari satu tempat ke
tempat lainnya di Kota kami. Tapi ini merupakan kali kedua beli mie ayam ini,
yang pertama belinya porsi kecil. Konon mie ayam ini adalah langganan doi sejak
SMA sama temen-temen sekolahnya. Dulu semasa sekolah harganya cuma Rp4000
pernah porsi. Sekarang yang kecil Rp7000 sementara untuk jumbo Rp9000
Sulit menjumpai wisata alam di Kota Metro, tapi sudah dua
tahun Metro punya wisata Pasar Warga yang cukup fenomenal. Namanya Pasar
Yosomulyo Pelangi atau disingkat Payungi, penggagasnya tak lain tak bukan
adalah dosen kami berdua. Jadi tentu saja kami sering ke Pasar ini.
Kadang suka bingung juga sih, kalau ada teman yang main dari
luar kota mau diajak jalan kemana soalnya Metro tuh kecil dan nggak ada
wisata alamnya. Nah adanya Payungi ini lumayanlah untuk dijadikan pelarian.
Meski tak banyak wisata alam, kami berdua tak berputus asa
untuk mengeksplor pesona kota kecil ini. Yah karena aku sendiri suka
foto-foto, lumayan juga hasilnya untuk promosi kota sendiri.
Dan baru satu bulan yang lalu, pemerintah Kota Metro meresmikan
salah satu fasilitas publik bagi penyuka buku dan bacaan. Namanya Pojok Baca
Digital atau disingkat Pocadi. Letaknya pas di jantung kota bersebelahan dengan
Taman Merdeka Kota Metro dan Masjid Taqwa Kota Metro. Tempatnya cozy dan
recommended banget buat kalian yang suka dengan dunia literasi.
Kota Metro dan Segala Keindahannya bukan hanya sebatas kumpulan warna yang membentuk pada sebuah foto. Lebih dari itu, ia adalah kumpulan rasa indah yang dicecap oleh lidah dan juga hati. Aku berharap ketika aku telah resmi menjadi penduduk kota ini, ia tetap ramah dan indah. Orang-orang yang tinggal di sini pun, seharusnya bersama-sama menjaga agar kota ini tetap ramah.
Bonus Foto Kulineran
Sangat indah dan seru kisahnya hehe
ReplyDeleteTerima kasih.
DeleteKulinernya bikin ngiler
ReplyDeleteKuliner pinggiran
Delete