Nilai-nilai Feminis dalam Film Kim Ji Yeong
Pagi itu, aku sedang mengikuti sebuah diskusi tentang
perempuan dan ekonomi. Salah satu pesertanya sekelibat menyebut film berjudul Kim
Ji Young yang bertema soal nasib karir perempuan setelah menikah. Dan begitulah
awalnya aku tertarik menonton film ini.
Film Kim Ji Young ini merupakan kisah nyata yang berasal
dari buku dengan judul yang sama. Menceritakan kehidupan Kim Ji Young, seorang
perempuan yang memiliki karir sempurna. Namun, semua berubah saat ia dan
suaminya memutuskan untuk memiliki anak.
Konflik pada film ini berasal dari keluarga suami Kim Ji
Young yang masih berpegang erat dengan budaya patriarkal. Ketika hari libur
tiba, Ibu mertua Kim Ji Young mengajaknya memasak hidangan untuk acara
keluarga. Sampai Kim Ji Young tak enak hati jika ibu mertuanya bangun lebih
pagi. Sementara suami dan bapak mertuanya tidak membantu apa-apa karena memasak
adalah tugas perempuan.
Hal seperti ini,
sangat mungkin terjadi di masyarakat kita bukan? Perempuan yang punya gelar
mulia itu seringkali diletakkan di belakang. Dibebani oleh pekerjaan menyiapkan
makanan ketika hari raya, hari libur atau hari kumpul-kumpul keluarga. Sementara
laki-laki dipersilakan jagongan (a.k.a mengobrol) sambil ngerokok dan minum
kopi.
Akibat beberapa hal yang terjadi dimasa lalu dan
ketidakadilan gender yang diterima oleh Kim Ji Young, baik dari keluarganya
sendiri maupun dari keluarga suaminya, ia mengidap penyakit kepribadian ganda.
Meski begitu, beruntung suami Kim Ji Young, tidak menjadi
pihak yang semakin menjerumuskannya di jurang ketidakadilan itu. Sang suami
yang mengetahui penyakit istrinya dengan sangat hati-hati menjaga rahasia itu. Ia
juga mengupayakan penanganan medis untuk Kim Ji Young, meski sempat diabaikan
Kim Ji Young.
Perlakuan tidak adil terhadap perempuan juga dialami
teman-teman bahkan atasan Kim Ji Young di tempat kerjanya dulu. Peminggiran terhadap
ide-ide yang bersumber dari atasan berjenis kelamin perempuan. Tak lupa,
korelasi negatif yang selalu melekat pada kesuksesan perempuan. Perempuan sukses,
setinggi apapun jabatannya, sebrilian apapun pergerakannya, ia sering dicurigai
perannya di rumah dalam mengurus anak dan suaminya.
“Ibunya saja kerja terus, apakah anak dan suaminya terurus.”
Begitu kira-kira.
Momment yang bikin aku nangis sesenggukan menonton film ini
adalah ketika Kim Ji Young berniat untuk kembali bekerja, padahal bayinya masih
kecil. Suaminya mendukung, tapi sayang mertuanya menentang keras. Kim Ji Young
berjuang untuk mendapatkan baby sitter anaknya. Tapi kok ndilalah ya belum ada
yang nyangkut.
Akhirnya, suami Kim Ji Young mengajukan cuti agar dapat
merawat anaknya sementara sang istri bekerja kembali. Ibu mertuanya menentang
keras keputusan mereka karena Kim Ji Young dianggap menghancurkan karir anak
lelakinya. Tapi suami Kim Ji Young dengan kearifannya mengizinkan istrinya
bekerja dan menemui psikolog untuk mengkonsultasikan gangguan mentalnya.
Mari kita refleksikan sebentar, betapa laki-laki yang
memiliki hati seluas suami Kim Ji Young ini menjadi makhluk langka. Ia rela
menangguhkan karirnya demi kebahagiaan istrinya. Ia rela merawat anaknya agar
sang istri juga mendapat kesempatan untuk menaiki tangga karirnya.
Bagiku, kisah sederhana dalam film Kim Ji Young ini sangat
relatable dengan kehidupan kita di masa sekarang. Sedikit demi sedikit pola
pikir dan warisan budaya patriarkal memang harus dikikis. Sebab peran perempuan
dalam ekonomi keluarga ternyata memberi dampak yang signifikan.
Selain itu, ada keadilan yang tercipta sehingga peran publik
dan peran domestik dapat dibagi secara merata. Pada sebuah kehidupan pernikahan
ternyata memang kesehatan mental itu sangat penting. Dan pasangan adalah orang
pertama yang akan mengetahui. Kemudian dialah yang harus menjadi orang pertama
yang peduli dan mengusahakan layanan medis yang tepat.
Film Kim Ji Young mengandung nilai-nilai feminisme yang
belum banyak disadari oleh orang-orang. Tentu masih banyak yang menganggap
normal tentang ketidakadilan gender yang sering terjadi pada perempuan di dalam
keluarga. Maka melalui film ini, sedikit banyak akan tergambar bagaimana dampak
budaya patriarkal yang akhirnya dapat menyerang kesehatan mental.
Film yang recommended untuk laki-laki dan perempuan.
Judul : Kim Ji-young, Born 1982
Sutradara : Kim Do Young
Tahun : 2019
Durasi : 1 jam 54 menit
Pereview : Ririn Erviana
Udah tau lama film ini, tapi memang belum aku tonton mba. Jujurnya sih Krn kuatir sedih :D. Aku ga terlalu suka nonton serial ATO Drakor yg endingnya sedih. Kalo udah begitu, mnding baca spoiler aja.
ReplyDeleteDi kehidupan nyata , yg begitu itu memang banyak kok ya.. tapi akupun bersyukur, keluargaku dan kluarga suami LBH terbuka masalah begini. Tugas rumah tangga ya aktifitas bersama, bukan cuma si istri yg wajib ngelakuin. Mau punya anak ATO ga, juga hrs dari keputusan bersama. Yg bikin aku bersyukur, suami juga ksh kebebasan dalam hal aku melakukan hobi, traveling. Sebelum pandemi aku rutin traveling bbrp kali, bareng suami, tapi juga ada waktunya bareng teman. Kan banyak suami yg ga ngizinin istri ya begitu, syukurnya pak suami ga begitu.
Beruntung juga Kim ji young dapet suami yg pengertian ya, walopun mertuanya ga .. penyakitnya bisa semakin parah seandainya suami yg paling terdekat Ama istri juga ga mensupport.