Inilah Alasan, Kenapa Ada Orang Miskin dan Orang Kaya
Dengan kondisi masyarakat indonesia yang as we know,
banyak diantara kita masih terlilit dan terjerembab di kubangan kemiskinan. Mereka
dengan bangganya memamerkan koleksi barang-barang branded. Menikmati liburan
dengan pesawat pribadi. Menghambur-hamburkan orang dan kegilaan-kegilaan
lainnya.
Pernahkah kita menyadari, bahwa seberapa keras orang miskin
mencoba dan berusaha ya memang ia jatahnya di situ-situ saja. Sementara di lain
pihak ada orang yang punya power, dalam artian followers-nya
banyak, yang secara tidak langsung menjadi referensi utama untuk sebagian besar
orang. Menampilkan kehidupan yang begitu senjang. Pamer kekayaan, pamer
barang-barang yang tidak terlalu memiliki nilai guna tapi mahal harganya,
saling mengunjungi antara orang kaya satu dan yang lainnya kemudian menjadikan
ajang pamer-pamer itu untuk mendapat adsense.
Dengan segala power yang mereka punya, mungkin akan
lebih baik jika mereka menampilkan aksi-aksi yang lebih bermaslahat bagi umat. Barangkali
dengan menciptakan lapangan pekerjaan, membantu ekonomi lokal, mendirikan
yayasan nonprofit untuk menolong anak yatim dan gelandangan. Minimal kan
orang-orang juga senang melihatnya.
Pada titik renungan saya yang paling dalam, saya menemukan
sebuah konklusi bahwa memang adanya validasi seseorang itu kaya, ya karena ada
yang terlanjur miskin. Adanya jarak itu membuat kotak-kotak yang menampilkan
sisi kaya dan miskin seseorang. Coba kalau semua merata, ya pasti nggak tidak
ada yang gede ndas ketika memamerkan apa yang dianggapnya sebagai
kekayaan.
Makanan enak nan mahal selayaknya rendang, steak, ayam, dan
seterusnya yang akrab dengan orang kaya, terlihat mewah sebab orang lain sedang
sulit mendapatkan itu semua. Banyak orang yang hanya makan tempe, tahu, daun
muntul dan bayem lemah. Coba kalau nggak ada yang makan tempe, tahu,
daun muntul, terus semua orang makannya steak, ayam dan daging lainnya. Pasti makanan
itu ya biasa-biasa aja, bukan hal yang mewah lagi.
Kelakukan orang-orang kaya
memang kadang sedikit menyebalkan. Ketika mereka mengganggap nilai
barang bukan terletak pada fungsinya, melainkan pada mata uang sosial. Misalnya,
sepatu dengan harga murah dan sepatu dengan harga mahal tempatnya sama-sama di
kaki, fungsinya sama-sama melindungi kaki, tapi sepatu mahal nilainya lebih
dari sekadar fungsi. Ia akan bernilai untuk menunjukkan seberapa kaya seseorang
dilihat dari merk sepatu yang ia pakai.
Semakin bermerk berarti semakin kaya, semakin impornya jauh
berarti semakin bergengsi. Padahal itu tidak memberi kebermanfaatan apa-apa
bagi lingkungannya. Membantu ekonomi lokal enggak, apalagi membantu orang
miskin. Justru ingin sekali membuktikan gap antara miskin dan kaya.
Ya memang benar, kalau orang-orang miskin nggak akan bisa
memahami masalah-masalah orang kaya. Begitupun sebaliknya, orang kaya akan
sangat sulit memahami orang-orang miskin. Sebab sejak lahir, ia sudah punya
banyak previlege.
Orang-orang kaya lebih dimaklumi tentang beberapa hal.
ketakutannya terhadap kesalahan akan lebih kecil daripada orang miskin. Makanya
Karl Marx bilang kalau kesenjangan yang jauh, itu disebabkan oleh kelakuan orang-orang
borjuis.
Makanya wajar, orang-orang kaya itu sulit menerima
kekalahan. Karena mereka jarang mengalami itu. Sehingga terlalu takut. Kalau orang
miskin mah udah terbiasa kalah, jadi kalau kalah lagi ya berarti perlu berlatih
lagi. Tapi yang akan sangat menyakiti orang miskin adalah, ketika ia seharusnya
menang, malah kalah karena si kaya yang terlalu takut untuk kalah ini,
menggunakan kekayaannya untuk mendapatkan kemenangan itu.
Tidak ada yang salah dengan kaya raya, tapi ya jangan sampai
kekayaanmu justru menyakiti orang-orang miskin. Jangan sampai kehidupanmu yang
nyaman dan nyenyak itu adalah hasil merenggut hak-hak orang miskin.
Kekayaanmu akan lebih mulia, jika digunakan untuk mewujudkan
kemaslahatan. Maka sejatinya berusahalah untuk tidak kaya, karena adanya
validasi kaya berarti ada kesenjangan yang telah tercipta. Jika semua merata
tentu tidak akan ada yang dikatakan sebagai yang kaya dan yang miskin.
Simpan naluri kaya itu di dalam hati masing-masing. Letakkan
kekayaan itu pada palung hati yang paling dalam. Sebab kekayaan tidak
seharusnya divalidasi banyak orang. Kekayaan harus terletak pada kenyamanan
hati dan pikiran masing-masing.
Semoga kita semua menjadi kaya.....
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete