Alasan Mengapa Kita Harus Concern dengan Isu Manajemen Kebersihan Menstruasi
Beberapa hari yang lalu aku mengikuti workshop tentang manajemen kebersihan menstruasi. Acara ini diadakan oleh jejaring AMPL (Air Minum dan Penyehatan Lingkungan). Selama dua hari kami diajak membahas segala hal tentang menstruasi yang sampai sekarang mungkin masih dianggap tabu oleh banyak orang.
Tujuan pembangunan berkelanjutan (TPB) 3.7 telah
mengamanatkan tercapainya akses universal terhadap layanan kesehatan seksual
dan reproduksi, termasuk pencernaan, informasi dan pendidikan keluarga.
Salah satu isu yang diangkat dalam TPB 3.7 adalah manajemen
kesehatan menstruasi (MKM). Hasil survei demografi kesehatan Indonesia (SDKI)
2017 menunjukkan bahwa satu dari empat anak perempuan tidak memiliki apapun mengenai
MKM sebelum mereka mendapatkan menstruasi untuk pertama kalinya.
Saya jadi mengingat dan sadar bahwa ternyata persoalan
tentang menstruasi benar-benar belum selesai di antara kita. Dulu, ketika
pertama kali mendapatkan menstruasi, ibu saya menginstruksikan agar segera
mengenakan jampel (baca: kain yang digunakan sebagai pembalut), seraya
mengatakan kalau sudah menstruasi jangan sampai orang lain apalagi laki-laki
mengetahui darah menstruasi kita. Karena itu merupakan hal yang sangat tidak
sopan.
Berkali-kali saya tembus ketika bangun tidur, ibu pasti
buru-buru menyuruh saya membersihkannya sampai tiada sisa dan tiada yang
melihat. Saya juga berkali-kali lupa mencuci bekas pembalut yang masih terlihat
darahnya. Seringkali ibu saya memarahi karena itu adalah hal paling memalukan
di dunia ini.
Karena awal mendapatkan menstruasi tidak dikenalkan dengan
pembalut instan, saya juga melakukan kesalahan memakai pembalut instan karena
saat itu saya tidak tahu cara menggunakannya. Saya tidak mengerti jika pada
bagian bawah pembalut instan itu terdapat perekat yang berfungsi untuk
menempelkan pembalut pada underware kita.
Hingga bertahun-tahun kemudian saya benar-benar belajar dan
kemudian menyadari banyak hal toxic yang seharusnya tidak kita
lestarikan, salah satunya menganggap menstruasi adalah hal yang tabu dan tak
patut dibicarakan keras-keras.
Berbagai stigma tentang perempuan menstruasi akan kita temui
di seluruh belahan dunia. Hari ini, ilmu pengetahuan semakin dinamis, kita
terus belajar bahwa menstruasi adalah peristiwa normal yang terjadi pada perempuan.
Karena peristiwa itu perempuan merasakan sakit beberapa hari
setiap bulan. Ia juga harus ekstra menjaga kebersihan diri dalam kurun waktu
tertentu selama menstruasi berlangsung. Dan pada kurun waktu tersebut, ia harus
didukung dengan fasilitas yang dapat membantunya melewati masa menstruasi.
Jangankan distigma, perempuan menstruasi malah seharusnya
mendapatkan hak cuti bekerja, jika ia menginginkannya. Jika ia bersekolah dan
tetap beraktivitas, kamar mandi tempat ia beraktivitas haruslah layak, dengan
tersedianya air bersih, sabun dan pembalut cadangan.
Dunia harus tahu, bahwa ketika perempuan menstruasi
sejatinya banyak hal yang ia butuhkan. Salah satunya adalah mengganti pembalut
setiap 4 jam sekali. Itu semua dapat berjalan dengan lancar jika lingkungan
mendukung, seperti terdapat dispensasi untuk mengganti pembalut, tidak ada
budaya perundungan jika ada perempuan yang bocor ketika haid dan masih banyak
lagi.
Ketika isu manajemen kebersihan menstruasi dianggap penting,
maka perlahan perempuan akan memiliki ruang nyaman untuk beraktivitas. Dengan begitu,
kebijakan-kebijakan yang akan di hasilkan juga akan memperhatikan menstruasi
sebagai fase yang dialami oleh perempuan.
Perempuan jelas merindukan situasi yang dapat mendukungnya
secara utuh. Oleh karena itu, mulai sekarang mari pelan-pelan kita kikis stigma
yang sering melekat pada menstruasi, misalnya perempuan berarti kotor jika
sedang menstruasi. Kemudian, perempuan menstruasi dipercaya membawa pengaruh
buruk. Dan mungkin masih banyak lagi.
Hal-hal negatif yang sering dilekatkan pada menstruasi
sejatinya telah membuat perempuan tidak berani bicara secara gamblang, atau
sekadar membahas tentang hal yang lebih penting seperti kebersihan menstruasi
atau nyeri ketika menstruasi.
Memang penting rasanya, kita mulai kesadaran manajemen
kebersihan menstruasi sejak dini. Anak-anak sekolah dasar terutama perempuan
sudah seharusnya menerima pengetahuan ini. supaya ketika suatu hari ia
mendapatkan menstruasi akan terhindar dari rasa kaget, panik dan takut.
Lebih dari itu, mereka juga semestinya diajarkan tentang
bagaimana menggunakan pembalut dan apa-apa yang sebaiknya mereka lakukan selama
menstruasi. Memulai gerakan sosialisasi manajemen kesehatan menstruasi dari
bawah mungkin akan jadi gerakan yang baik.
Barangkali dapat menyisipkan materi tentang ini pada mata
pelajaran yang masih ada singgungannya, seperti biologi, agama, bimbingan
konseling, dan muatan lokal. Jika kesadaran tentang manajemen menstruasi
dilakukan sejak dini, mungkin ke depan kebijakan-kebijakan yang berlaku juga
akan mempertimbangkan aspek ini.
Untuk perubahan besar kita dapat memulainya dengan langkah
kecil. Tidak perlu menunggu jadi siapa untuk menghasilkan apa-apa. Semoga tulisan
ini dapat membuka cakrawala teman-teman dan menjadi titik awal kesadaran
tentang betapa pentingnya manajemen kebersihan menstruasi.
See you...
kalau aku sih suka jijikan makanya kalau mens selalu cepat2 dibersihkan , sering2 ganti.
ReplyDeleteiya kebetulan itu karena karakternya yang suka bersih ya mba, kalau ndilalah yang agak jorok terus ndak tahu tentang pentingnya mengganti pembalut akan ribet juga yaaa
Deletebetul banget, kalau dianggap tabu terus malah anak-anak mencari di tempat lain kan lebih bahaya
ReplyDelete