Dokter Swoning dan Rumah Sakit Santa Maria Kota Metro
Siang itu, hari cukup panas. Aku dengan senang hati menerima ajakan rekan kerjaku menemani anak-anak membuat video untuk keperluan lomba di dua cagar budaya Kota Metro. Aku sangat bersemangat, karena entah sejak kapan menyukai hal-hal yang berbau sejarah. Rasanya senang saja melihat benda-benda lampau dan mengira-ngira apa yang terjadi di masa lalu.
Belum juga resmi menjadi penduduk Kota Metro, rasanya aku
sudah tidak sabar menjadi penutur yang baik tentang kota ini. Supaya tidak
bingung menjelaskan kepada teman yang dari luar kota hehe. Selama kurang
lebih 6 tahun tinggal dan menuntut ilmu di Kota Metro, aku merasa masih banyak
hal unik yang belum aku temukan.
Makanya kalau lagi senggang, aku sering mengajak suamiku
yang notabene dari kecil hidup di Kota Metro, untuk berkeliling kota. Aku senang
memerhatikan rumah-rumah pinggir ledeng di metro pusat dengan gaya bangunan
lama. Juga sesekali aku bertanya kepada mertuaku seperti apa Kota Metro di
zaman dulu.
Seperti gayung bersambut, belum lama aku menyukai
cerita-cerita masa silam Kota Metro, ternyata pasca pergantian walikota,
pemerintah Kota Metro hendak merawat dan menjadikan beberapa bangunan lama,
yang disinyalir berdiri sejak masa kolonial, sebagai destinasi wisata sejarah.
Tentu ini hal yang menggembirakan bagiku, selain aku dapat
mewujudkan keinginanku untuk museum date, aku jadi bisa membanggakan
wisata sejarah di hadapan teman-teman yang datang dari luar kota.
Ada dua tempat yang tetapkan sebagai cagar budaya di Kota
Metro oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB), Serang. Dua tempat itu adalah
Dokter Swoning dan Rumah Sakit Ibu dan Anak Santa Maria.
Dokter Swoning adalah rumah yang digunakan sebagai tempat
tinggal dokter pada masa kolonial Hindia Belanda. Dokter Swoning sendiri
merupakan bahasa belanda yang artinya rumah dokter pemerintah.
Lokasi dokterswoning berada tepat di depan Rumah Sakit Umum
Ahmad Yani. Konon bangunan rumah ini adalah bangunan asli yang belum pernah dibangun
ulang, sejak pertama kali di bangun pada masa Hindia Belanda. Makanya kenapa
dokterswoning ini ditetapkan sebagai cagar budaya.
Namun, dokterswoning belum dibuka untuk masyarakat umum sebagai
destinasi wisata sejarah, karena pengerjaannya belum selesai 100%. Dokterswoning
rencananya akan diisi dengan sejarah dan benda-benda antik di setiap
ruangannya.
Nah, siswa-siswi SMP di Kota Metro diajak untuk berkreasi dalam agenda lomba video, sekaligus sebagai ajang promosi tentang keberadaan dokterswoning ini. Yah itung-itung supaya masyarakat sekitar sadar dulu deh dengan keberadaan cagar budaya ini.
Selanjutnya, setelah selesai mengambil stock video
untuk bahan lomba, kami menuju ke Rumah Sakit Ibu dan Anak Santa Maria. Dulu,
aku dengar nama rumah sakit ini dari ibuku, ibuku memang sempat tinggal di Kota
Metro sewaktu aku kecil. Makanya ada beberapa tempat yang masih dihapal oleh
beliau, seperti Rumah Sakit Santa Maria dan Rumah Sakit Umum Ahmad Yani.
Rumah Sakit Santa Maria adalah rumah sakit pertama dan tertua
di Kota Metro. Letaknya di pojok taman merdeka Kota Metro atau di samping kiri Gedung
Sesat. Konon, Rumah Sakit Santa Maria ini dibangun pada masa kolonial Hindia
Belanda atas inisiasi suster Fransiskan di bawah penanganan Pastour M.Neilen.
Dahulu, Rumah Sakit Santa Maria tidak hanya melayani ibu dan
anak saja, tapi juga pengobatan secara umum. Namun, setelah Rumah Sakit Umum
Ahmad Yani Lahir, Rumah Sakit Santa Maria hanya melayani ibu dan anak saja.
Siang itu, matahari cukup terik, tapi perasaan kami adem
disambut oleh suster yang bertugas di Ruma Sakit. Kami diperkenankan masuk,
melihat semua bagian Rumah Sakit Santa Maria sepuasnya, suster juga
mempersilakan kami melihat benda-benda peninggalan sejarah, yang usianya
mungkin sudah puluhan tahun, seperti alat sterilisasi, jarum suntik, dan
perkakas kesehatan lainnya masih tersimpan rapi. Karena memang sudah tidak
dipergunakan lagi.
Rumah Sakit Santa Maria masih beroperasi hingga saat ini
dengan bangunan lama dan bangunan baru yang dirawat dengan baik. Beberapa susternya
bahkan sudah mengabdi selama belasan hingga puluhan tahun.
Suasana Rumah Sakit Santa Maria rasanya begitu berbeda
dengan rumah sakit lain yang ada di Kota Metro. Entah mengapa, mungkin karena
aku sudah terlanjur terkesima dengan sejarahnya, sehingga mendatanginya membuatku
tak melewatkan ornamen-ornamen lawas yang masih dipertahankan di sini.
Ketika memasuki rumah sakit, kita juga diminta melepas sepatu
sehingga tempatnya jadi awet bersih. Beberapa tanaman yang menghiasi bagian
depan teras rumah sakit juga menambah keasrian dan ketenangan saat duduk di
terasnya, seperti sedang duduk di rumah. Mungkin karena pelanggan rumah sakit
ini tidak sebanyak rumah sakit lain di Kota Metro yang kesannya ramai.
Sumber: dokumen pribadi |
Adzan ashar menjadi pengingat bagi kami hari itu, kami harus
segera menyelesaikan pengambilan video untuk keperluan lomba dan bergegas
kembali ke sekolah. Meskipun, kunjungan hari itu masih meninggalkan sisa tanya
di dalam benakku tentang cerita-cerita sejarah dari suster-susternya.
Semoga kelak ada kesempatan untuk berkunjung ke dua cagar
Budaya Kota Metro ini.
Mbak ngajar di CBS ya?
ReplyDeleteBetul mba.
DeleteNaaah aku juga sukaa mba datang ke tempat2 bersejarah gini. Rasanya tuh, kalo udah masuk ke suatu museum ATO benda cagar budaya, langsung mengkhayal, seandainya aja kita bisa masuk ke masa lalu, dan melihat langsung sejarah yg terjadi di tempat itu, sekelam apa, sehebat apa peperangan ya dll. Selalu bikin penasaran . Apalagi Yaa lokasi, ATO museum yang menggambarkan sejarah kelam. Aku lebih suka lagi. Kayak di Jakarta, museum Jend Nasution, lubang buaya, museum Ahmad Yani. Itu merinding kalo udah masuk, Krn kebayang lagi gimana seramnya dulu mereka harus gugur.
ReplyDeleteSemoga aja kalo nanti aku bisa ke metro, dokterswoning ini udh dibuka buat umum :)
wahhh jadi penasaran juga ya dateng ke museum di setiap kota mbak, iya mbak moga pas kesini udah di buka ya jadi bisa makin kaya lagi khayalan tentang masa lalunya hehe.
Delete