Review Film Teka Teki Tika
Sebenarnya keputusan nonton Film Teka Teki Tika ini karena
habis nonton podcast Dedy Corbuzier dan Ernest Prakasa. Pengen lihat seberapa
jauh improvisasinya Ernest, yang katanya film kali ini agak beda. Terus saya juga suka banget sama film Ernest yang sebelumnya, Imperfect karena mengusung
isu feminisme. Ditambah dalam film TekaTeki Tika ini, Ernest membawa isu
korupsi sebagai isu utama. Barangkali, itulah beberapa hal yang akhirnya
membuat saya memutuskan nonton film Teka Teki Tika.
Menit-menit awal nonton Teka Teki Tika, saya merasakan vibes
ala-ala drama korea penthouse, atau drama korea thriller yang lain. Ciri khasnya bir, design interior klasik mewah,
dan konflik khas kelas atas. Seketika itu pula, saya tidak ingin sok tahu
tentang alur cerita ini karena biasanya genre seperti ini pasti plot twis.
Teka Teki Tika
sebenarnya sebuah konflik drama keluarga menengah atas yang biasa. Tapi, ia
membawa realitas yang terjadi ditengah masyarakat sekarang ini. Mulai dari korupsi, proyek
pemerintah yang jadi rebutan, politisi selingkuh dengan pebisnis serta air mata
yang menggenang tapi tidak pernah diperhitungkan.
Humor yang disuguhkan khas punchline stand up comedy, tapi yang membuat saya merasa jokes-nya ngena adalah membawa isu-isu terkini, misalnya perkosaan anak oleh gurunya sendiri dan nyindir-nyindir pejabat pemerintah.
Meskipun, mungkin akan ada yang bilang jokes-nya kaku karena genre-nya thriller, bagi saya ini sarkas, keren, dan patut ada dalam film-film Indonesia. Dan saya rasa, belum banyak sineas Indonesia yang membawa realitas keresahan masyarakat kelas bawah ke dalam Film, seperti Teka Teki Tika.
Saya sepakat sama mereka yang menganggap film ini relatif singkat atau justru kentang. Tapi, sinematografinya saya akui keren sih. Karena, saya adalah tipikal orang yang cinta akan keindahan, sehingga dalam menonton film, sinematografi bisa jadi hal yang cukup penting bagi saya.
Kalau saja durasinya diperpanjang, kemudian setiap cerita dibawakan secara
lebih detail, plot twist dimainkan sampai usai, Teka Teki Tika akan jadi film
Indonesia yang sempurna menurut saya.
Selain Joko Anwar, kini Ernest jadi sineas yang banyak
membawa isu perempuan pada filmnya. Teka Teki Tika cocok sekali sebagai
tontonan keluarga di akhir tahun. Sekalian mengingatkan kepada kita tentang
sebuah tempat yang langgeng dengan pejabat korup, pelecehan seksual, perkosaan
perempuan, aparat yang memihak kepada pemilik uang, dan media yang tidak
independen.
Sayangnya, ending Film Teka Teki Tika seperti memberi
pengampunan pada tokoh-tokohnya sendiri. Pertaubatan pasca mengingat betapa
mengingat sejarah kelam. Menurut saya, ini kurang greget aja sih. Coba aja si
tokoh ini tidak punya rasa kapok, terus endingnya lebih sadis, ahhh saya
membayangkan sambil gregetan emang.
Selain, sinematografi, isu, dan ide cerita. Satu hal yang
membuat saya suka dengan film Teka Teki Tika adalah pemilihan pemainnya.
Meskipun, ada yang bilang, “ Kok pemainnya itu-itu aja sih?” Dan entah mengapa,
menurut saya chemistry pemainnya itu dapet banget. Apalagi Dion Wiyoko yang
berperan jadi Arnold dipasangkan dengan Eriska Rein. Terus di tengah-tengah
film saya sempat mengira kalau si Arnold bakal jatuh cinta sama Tika yang
diperankan oleh Sheila Dara Aisha. Wkwk
Over all, saya sangat mengapresiasi Koh Ernest yang berani keluar dari zona nyamannya. Mencoba genre thriller, setelah sebelum-sebelumnya nyaman dengan genre keluarga. Meskipun, sebelum tayang, blio sudah insecure duluan, karena takut tidak dapat memenuhi ekspektasi penonton.
Mungkin akan selalu
begitu ya, ketika mencoba hal-hal baru, kita akan cepat menyadari
ketidaksempurnaan yang ada dalam diri kita, bahkan sebelum orang lain melihatnya. Tapi menurut saya,
keberanian untuk keluar dari zona nyamannya itu yang patut di acungi jempol. Semoga film Ernest ke depan makin keren lagi, mengangkat isu-isu sosial, misalnya tentang sampah, oligarki dan lain-lain.
Di akhir cerita, ada nasehat sederhana yang sebenarnya
cocooooooook sekali untuk didengar oleh orang-orang di Indonesia.
“Bisnis yang bener, jangan nipu orang, jangan nyogok pejabat.”
Yha, gimana kayanya korupsi di sini udah mendarah daging,
susaaaah banget kayaknya mau diberantas. Dari yang menyalahkan sistem
pendidikan, kurangnya karakter, sampai yang hobi memuliakan sebuah golongan. Ahhh,
udah deh, intinya perilaku koruptif itu ada di semua manusia, tinggal mau
enggak menghindarinya. Selesai.
Judul Film : Teka Teki Tika
Sutradara : Ernest Prakasa
Pemain : Sheila Dara Aisha, Morgan Oey, Dion Wiyoko, Ferry Salim,
Eriska Rein, Jenny Zhang, Tansri Kemala, dan lainnya
Tahun : 2021
Genre :Thriller (Drama Keluarga)
0 Response to "Review Film Teka Teki Tika"
Post a Comment