Pernahkah Kamu Merilis Emosi?
Beberapa hari yang lalu, aku terlibat pada sebuah agenda
yang bertujuan untuk merilis emosi anak-anak sekolah. Namanya peace of mind. Menjelang
ujian, sekolah tempatku beraktivitas menginisiasi program rilis emosi ini. nantinya,
peserta akan diajak merilis setiap emosi mulai dari senang sampai sedih.
Lewat keterlibatan ini, akhirnya aku belajar tentang
beberapa hal. aku jadi paham sehabis merasakan puncak salah satu emosi badan
kita jadi terasa ringan. Misalnya saja, waktu kita habis pergi bersenang-senang
bersama teman-teman. Kemudian, ketika kita habis menghabiskan makanan yang
sejak lama kita inginkan.
Aku jadi paham, bahwa ketika kita bisa menangis sepuasnya ada bagian diri kita yang terasa plong meskipun masalah yang kita hadapi belum benar-benar teratasi. Hal itu juga kau rasakan setelah menonton film maupun membaca buku.
Emosi yang hadir karena konflik orang lain telah berhasil kita
masuki. Kita merasakan emosi yang dirasakan oleh tokoh di dalam buku maupun
film. Sehingga, setelah menonton maupun membaca timbul rasa lega dan kepuasan
tersendiri.
Aku menemukan pemahaman bahwa, rilis emosi ini penting
sekali bagi tubuh manusia. Prosesnya seperti menyeimbangkan pikiran yang seolah
sedang bergiyang-goyang mengikuti dinamika hidup yang selalu berubah-ubah.
Puncak program peace of mind untuk anak-anak ini sebenarnya
kehangatan dan membangun kembali komunikasi yang hangat antara anak dan orang
tua. Maka dalam prosesnya kami juga melibatkan orang tua. Karena, mengingat
orang-orang yang paling kita sayangi dalam kemungkinan buruk akan mudah
menyebabkan kita bereaksi sedih. Sehingga dari situ, kami ingin emosi sedih
tersalurkan dengan baik.
Lagi-lagi, aku jadi paham bahwa setiap emosi memang harus
menemukan tambatannya. Karena dunia ini butuh keseimbanganlah, bahasa
sederhananya. Semua hal jika tidak seimbang hasilnya tidak begitu baik juga. Bahagia,
marah dan sedih memang sangat diperbolehkan untuk disalurkan.
Kita juga mungkin sering mendengar bahwa orang yang pendiam
marahnya lebih mengerikan daripada orang yang terbisa marah-marah setiap hari. Maka
wajar, bila rasa marah itu telah terpendam dan menjadi begitu banyak. Sehinga sekalinya
meledak akan menjadi besar sekali.
dari kecil, kalau kita menangis mungkin banyak orang dewasa
akan menyarankan kita untuk diam dan memendam rasa sakit.
“Sudah yaa jangan menangis.”
“nggak sakit kan, jangan nangis yaa”
Padahal pura-pura sakit bahkan tidak bisa merasakan sakit
itu berbahaya. Pada saat itu, mungkin orang tua kita belum paham soal
pentingnya merilis emosi.
Banyak penelitian menunjukkan bahwa menangis bagus untuk
kesehatan. Tapi, menangis bagi laki-laki adalah hal yang sangat tabu. Menangis dianggap
sebagai simbol kelemahan bagi laki-laki. Padahal menangis merupakan ekspresi
alamiah manusia. Dan laki-laki kan juga manusia?
Anak laki-laki memikul beban itu. Mereka diajarkan untuk
terbiasa tidak menangis. Begitulah kira-kira yang terjadi pada agenda peace of
mind. Anak laki-laki seperti membentengi diri agar tidak menangis karena tidak
ingin terlihat lemah sebagai laki-laki.
Aku pernah mengikuti sebuah kelas, sewaktu ice breaking,
fasilitator kami meminta untuk bernyanyi lagu sedih dengan ekspresi yang lepas.
Tidak boleh malu-malu. Jika lagu itu sedih, bersedihlah sepuasnya dan bila lagu
itu bersemangat juga bersemangatlah semaksimalnya. Hasilnya? Ternyata itu
menambah rasa lega. Kemudian timbul rasa nyaman dan kesan yang tak terlupakan
sampai ingin diulang lagi.
Lewat tulisan ini, aku hanya ingin menyarankan, kalau kalian
sedang berada pada kondisi yang tidak nyaman. Tidak apa-apa jika ingin bersedih,
bahkan memang seharusnya bersedihlah sepuasnya. Tidak apa-apa untuk tidak
baik-baik saja. Untuk apa berpura-pura kuat padahal sebenarnya rapuh. Sebab,
manusia memang secara alamiah punya banyak emosi.
Kalau kamu suntuk sama rutinitas? Kamu merasa hidup cuma gini-gini
aja? Atau kamu merasa tidak pernah beruntung? Yuk rilis emosi kalian. Menyayikan
lagu sedih samapai nangis? Nonton film sampai ngakak atau sesenggukan? Siapa takut!!
Beneran deh, setelah melepas emosi itu rasanya legaaaaaaa...
cobain kalau gak percaya!
0 Response to "Pernahkah Kamu Merilis Emosi?"
Post a Comment