Hutan Sebagai Pahlawan Melawan Perubahan Iklim, Lalu Apa Peran Kita?
Kapan kalian terakhir kita main ke hutan?
Kalau saya terakhir main ke hutan kayaknya waktu kemah di
SMA. Mungkin sudah delapan tahun yang lalu. Ketika kulit kita bersentuhan
dengan semak dan daun. Ketika kita tidak sibuk berebut oksigen meski datang
bergerombol. Memang hutan selalu punya cara untuk membuat pengunjungnya merasa
terkesan.
Dulu, saya tak pernah sadar bahwa momen menikmati hutan
tidak dapat mudah terulang saat dewasa nanti. Sejak menikah dan ikut suami,
saya bahkan tidak dapat mengeja kapan akan keluyuran ke hutan lagi. Kami
tinggal di kota kecil, meski belum terlalu padat penduduk seperti ibu kota,
cukup sulit bagi kami menemukan hutan yang benar-benar hutan.
Barangkali hanya sebatas hutan kota. Itupun datangnya waktu
ada acara komunitas maupun pemerintah daerah yang ingin meningkatkan
awarness kepada masyarakat setempat
tentang keberadaan hutan kota. Sebatas seremonial saja.
Secara sekilas, barangkali hutan hanya sekumpulan pohon yang
rimbun. Padahal, lebih dari itu, hutan merupakan biodiversity. Ada
flora, fauna, air bersih, udara segar, berbagai macam pangan, sandang, papan,
budaya, wisata, energi, dan yang sering luput dari kita hutan merupakan gudang
inspirasi.
Sementara, di lain pihak, kita masih nyaman dengan hidup
yang sekarang. Enggan menyadari bahwa selama ini hutan telah menyelamatkan kita
dari perubahan iklim dan udara yang buruk. Tapi, akan sampai kapan itu bertahan?
Jika kita tak berusaha merawat hutan.
Sampai kapan kita terus mengharapkan kontribusi hutan untuk
menjamin hidup kita, sementara kita tak berusaha memberikan feedback
yang positif kepada hutan. Setelah demikian banyak hutan menyediakan apa yang
kita butuhkan.
Barangkali, kita perlu mengingat-ingat lagi betapa banyaknya
fungsi hutan. Terutama bagi masyarakat yang tumbuh bersama hutan. Berikut ini
merupakan 6 fungsi hutan menurut masyarakat adat di Kalimantan.
1. Hutan Bagaikan Supermarket
Selayaknya supermarket hutan menyediakan bahan pangan yang
kita konsumsi sehari-hari. Mulai dari buah-buahan, kacang-kacangan sampai
rempah-rempah. Lebih organik dan lebih kaya akan gizi karena tidak ada campur
tangan pestisida atau pengawet. Masyarakat adat punya prinsip untuk mengambil
dari hutan secukupnya saja. Tidak heran jika mereka menganggap hutan seperti
supermarket. Karena sejatinya hutan menyediakan segalanya.
2. Asuransi Jiwa
Bagi masyarakat yang tinggal di dalam atau di sekitar hutan,
hutan jadi bagian penting yang menjamin sumber pangan dan ekonomi mereka,
pepohonan di dalamnya merupakan bagian dari jaminan hidup mereka. Oleh
karenanya, mereka juga terus menjaga dan mengembalikan apa yang telah mereka
ambil dari hutan.
3. Hutan Sebagai Sumber Air
Tahukah kalian, darimana sumber air bersih yang kita nikmati?
Yak betul, dari hutan. Pepohonan rimbun di hutan menyerap
air hujan dan menyimpannya ke dalam tanah. Karena pohon bertindak sebagai
filter alami, kemudian memberikan manusia air bersih. Tidak mengherankan jika
air minum dari sepertiga kota besar di dunia seperti New York dan Mumbai,
sumber airnya berasal dari hutan.
4. Hutan itu Pahlawan
Pahlawan digambarkan sebagai sosok yang menyelamatkan kita
dari bahaya. Maka, sama halnya dengan hutan yang sebenarnya telah menyelamatkan
kita dari bahaya perubahan iklim, hutan menjadi tameng melawan perubahan iklim
yang mengancam manusia.
Belum lagi pepohonan yang mendinginkan udara dengan alami
dan mengurangi polutan, serta menyediakan tempat bagi kita untuk bersantai dan
beristirahat. Hutan akan menjadi obat penenang paling mujarab, saat pikiran
kita riuh dengan kecemasan akibat perubahan iklim yang semakin kita rasakan.
5. Penyimpan Karbon
Hutan menyerap sekitar 2 miliar ton karbon dioksidasetiap
tahunnya. Maka saat terjadi penggundulan hutan, ia akan melepaskan karbon
dioksida ke udara. Bisa terbayang bukan? Pada saat itu kita akan berebut
oksigen. Hutan tak dapat menolong kita lagi, karena kita pula yang berperan
dalam penggundulan hutan. Makanya, penting bagi kita untuk tetap menjaga hutan
yang ada saat ini.
6. Hutan Menjadi Penyembuh Mental
Kecemasan akibat perubahan iklim itu nyata teman-teman. Apalagi
mereka yang tinggal di kota-kota besar. Hari-hari mereka mungkin dipenuhi
pikiran tentang, sampai kapan bertarung dengan udara buruk. Atau bencana banjir
dan tanah longsor bisa datang secara tiba-tiba karena pohon yang terus
berkurang.
Maka keberadaan hutan sejatinya menyembuhkan kecemasan
semacam itu. Hutan selalu menyuguhkan ketenangan untuk setiap individu yang
mengunjunginya. Bahkan, beberapa riset menunjukkan ruang hijau dan tutupan
pohon di perkotaan dapat mengurangi obesitas dan kejahatan.
Peran Kita Terhadap Perubahan Iklim
Kita menjalani hidup yang sangat dinamis. Perubahan teknologi
memang dapat memudahkan manusia. Tapi di sisi lain juga membawa dampak buruk
bagi kehidupan. Seperti perubahan digital yang sangat berpengaruh terhadap
bertambahnya sampah plastik. Sekarang kita tidak perlu pusing jika tak memiliki
makanan, karena tinggal pencet, makanan datang karena kemudahan delivery order.
Namun, bagaimana dengan plastik kemasannya? Berakhir
dimanakah mereka? Jika kita punya kesadaran untuk peduli terhadap lingkungan.
Kita akan berpikir untuk masalah itu. Memilah sampah plastik, menggunakan
kembali plastiknya, sampai mendaur ulang plastik menjadi produk yang dapat
digunakan kembali. Sehingga, sampah-sampah plastik itu tidak menumpuk dan
menghasilkan gas metana yang
berkontribusi dalam pemananasan global.
Kemudian, gaya hidup sejak pandemi berubah jadi
individualistis misalnya pakai kendaraan sendiri untuk menjaga jarak. Juga menambah
polusi udara. Mungkin kita perlu memikirkan kendaraan alternatif seperti sepeda
maupun angkutan umum.
Walaupun, untuk semua permasalahan lingkungan yang terlampau
kompleks ini memang tidak ada single solution, solusi harus komprehensif. Rokok
pernah dibanggakan oleh dokter, begitu juga plastik yang awalnya sebuah solusi. Maka, dari itu kita perlu berperan banyak, sebanyak yang kita bisa.
Kita tidak bisa kita menghakimi, apalagi kalau sudah
terjebak di industri. Satu-satunya yang dapat dilakukan adalah fokus dengan apa
yang kita lakkukan. Misalnya buat permaculture untuk memenuhi kebutuhan
pangan sehari-hari. Jika itu sustain, tentu akan menular kepada banyak orang.
Sehingga kita juga dapat berperan aktif menciptakan lumbung-lumbung oksigen
baru.
Barangkali, sekarang kita nggak punya power untuk mengubah
lingkungan secara signifikan, tapi kalau kesadaran akan kesehatan lingkungan
sudah ditanam sejak dini. Setidaknya, kita dapat berperan lebih awal dan kalau
suatu hari jadi orang yang berpengaruh bisa isu ini untuk perubahan.
Kita patut kagum dengan mereka yang hidup dihutan dan turut
serta menjaga hutan. Misalnya masyarakat adat yang menentang industrialisasi, pengalihfungsian
hutan menjadi pabrik dan perkebunan. Mereka melindungi pahlawan kita yang
selama ini melawan bencana.
Mencoba gaya hidup ramah lingkungan tidak bisa dilakukan
secara ekstrem, karena tentu itu terasa berat. Kita dapat memulainya dari
hal-hal kecil. Seperti menggunakan kembali kemasan yang kita dapat tiap
mendapatkan produk baru. Menggunakan produk yang dapat dipakai ulang, seperti
botol minum, tempat makan dan pembalut kain.
Yuk bersama #EcoBloggerSquad kita menjaga hutan. Jangan
sampai kita larut pada agenda seremonial menanam pohon tanpa peduli
keberlanjutan hidup pohon tersebut. Tingkatkan kesadaran kita lagi tentang
lingkungan, niscaya kita akan semakin paham esensi dari hubungan manusia dengan
alam yang semestinya saling menghidupkan.
Setuju banget kalau kita menyebut hutan sebagai pahlawan. Tak terbayangkan hidup tanpa hutan, mau jadi kita di bumi. Bersyukur pula tinggal di Sukabumi yang hutannya masih sangat hijau, mudah-mudahan setiap wilayah pun mempunyai hutan yang terjaga pula sehingga bisa menjadi salah satu aset pelindung bumi
ReplyDeleteWah senang ya kalau bisa hidup berdampingan dengan hutan. Semoga kita terus diingatkan untuk menjaga mereka yang juga menjaga kita.
DeleteSuka sedih kalau denger berita mengenai pembabatan hutan, padahal hutan memiliki beragam manfaat bagi manusia maupun mahluk sekitar.
ReplyDeleteSalam kenal mbak Ririn #EcoBloggerSquad :)
Sedih banget ya mbak, apalagi atas nama keserakahan pribadi. Greget pengen teriak tapi tetap saja nggak bakal terdengar.
Deletekemarin tetangga depan rumah menebang pohon mangganya sampai plontos
ReplyDeletedalam hati saya ngedumel, mereka ini apa gak butuh oksigen ya?
Menarik mbak, kalau saja setiap rumah punya satu pohon sebagai bank oksigennya sendiri. Mungkin kita tidak akan rebutan oksigen ya.
DeleteYa, hutan bisa dikatakan jantungnya oksigen, banyak tanaman hijau penyumbang udara segara. Semoga kita mampu merawat bumi ini.
ReplyDeleteAamin semoga kita terus diberi kekuatan dan kesadaran untuk peduli dan merawat bumi kita.
DeleteGaya hidup ramah lingkungan jadi pedoman dalam mengurangi dampak dari perubahan iklim. Semoga kesadaran ini tetap ada bagi setiap orang.
ReplyDeleteSemoga kita terus semangat menerapkan gaya hidup yang ramah lingkungan.
DeleteHidup di negara yg suka main babat hutan bikin khawatir terus. Terutama tiap kali hujan. Duuuuuuh...
ReplyDeleteKeren bgt aku nemu perspektit baru soal hutan ttg menyembuhkan mental. Yups. Bener bgt. Saat penat kita ke hutan. Tp sering gk sadar ya fungsi hutan utk mental kita itu.
Iya mbak mungkin udah sejak lama tubuh kita merasakan efek positif dari hutan secara mental, tapi kita belum menyadarinya selama ini.
DeleteNah ini, kadang kita seringkali selebrasi seremonial, terus lupa memelihara keberlanjutannya. semoga kita sama-sama bisa menjaga hutan tetap lestari, terutamanya kebijakan dari pemerintah sih.
ReplyDeleteSetuju kak. Semoga semangat kita dalam menjaga bumi terus berlanjut bukan hanya pencitraan saja ya.
DeleteHutan sebagai tempat menambah pengetahuan, sumber kehidupan, dan masih banyak lagi manfaatnya. Maka penting pelestarian lingkungan ini kita turut serta
ReplyDeleteSetuju kak, kita belajar banyak dan kontekstual di hutan, gak kebayang kalau anak cucu gabisa lagi pergi ke hutan karena sudah tidak ada.
DeleteDi tempat saya tinggal kayak masih belum aware sama isu lingkungan ni mba, masih ada yang bakar sampah sembarangan..heu.
ReplyDelete-Purnama Indah-
Iya ya, peran kita memang hanya bisa melakukan dari kebiasaan-kebiasaan baik. Tapi justru dari situ, kalau saja ada banyak orang yang melakukan hal sama, akan kelihatan dampak perubahannya.
ReplyDeletesebagai orang yang nyaris selalu tingga di kota padat penduduk aku tak pernah merasakankesjukanudara dan arima hutan hiks. aku sepkat jika hutan itu sebagai pahlawan karena memang hutan bisa pengedali polusi khususnya ya apalagi pas banjir hiks hutanlah yang punya peran besar menyerap air melaui akar tumbuhan yg ada d hutan
ReplyDeleteBetul banget Mbak, setuju. Saya juga sudah mulai belajar menggunakan produk yang bisa dipakai berulang, meski kadang masih suka lupa kalau bawa sendok dan sedotan sendiri. Bismillah semoga dimudahkan kita semua untuk lebih sadar lingkungan lagi
ReplyDeleteIroninya... Sekarang banyak manusia yang mulai sadar butuh hutan, tapi di lapangan banyak lahan yang dulu hutan sekarang gundul. Giliran ada hutan beneran, anak mudanya takut masuk hutan, takut binatang di dalamnya, takut kesurupan.. Hehehe
ReplyDelete