Review Novel Home Sweet Loan
Sebenarnya sudah cukup lama saya penasaran dengan novel ini.
Sampai akhirnya bisa menikmati setiap konflik dan rasanya banyak sekali
kecocokan isi cerita sama realitas kehidupan. Ini beneran! Home sweet loan
bakal masuk di deretan novel favorit saya.
Gaya bahasa yang ringan membuat novel ini sangat nikmat
sampai saya tidak bisa berhenti karena selalu penasaran dengan cerita
selanjutnya. Secara garis besar Home Sweet Loan bercerita tentang empat
orang sahabat usia 30-an yang sedang berburu properti di Jakarta. Mereka adalah
Kaluna, Tanish, Miya dan Danan.
Ceritanya berdasarkan sudut pandang kaluna, yang berjuang
mati-matian untuk menabung supaya bisa beli rumah. Alasannya karena kedua
kakaknya yang sudah menikah dan punya anak masih tinggal bersama diri dan orang
tuanya. Nah, bisa kebayang tuh gimana ruwetnya sebuah rumah yang diisi oleh
tiga kepala rumah tangga.
Membaca buku ini membuat saya ingat prinsip yang dipegang
teguh oleh ibu saya. Keluarga kami merupakan warga kelas menengah ke bawah,
kami sempat numpang tempat tinggal, waktu ibu baru menikah untuk yang kedua
kalinya. Setelah berjuang dan berhasil punya rumah, ibu dan bapak seperti tidak
punya niatan untuk membangun rumah yang lebih bagus.
Beliau bilang kalau mau fokus nabung buat beli aset tanah, agar
kelak waktu anak-anaknya sudah besar dan berumah tangga tidak bingung mencari
tempat tinggal. Saya baru tahu prinsip ibu setelah belum lama menikah. Saya
menyadari sekarang, mengapa ibu dan bapak rela tinggal dirumah yang sangat
sederhana, demi mengumpulkan aset untuk anak-anaknya. Terharu sekali.
Prinsip itu juga yang akhirnya saya pegang teguh. Tentang
bagaimana menabung untuk membeli aset yang bertumbuh. Secara nggak langsung
novel Home Sweet Loan pun, juga memberikan kita kesadaran untuk bijak
mengelola finansial dan pentingnya membuat proyeksi keuangan. Membuat maping
mana aja kebutuhan yang selama ini sebenarnya nggak terlalu penting untuk hidup
kita, misalnya barang-barang yang nilainya turun.
Namun, kita juga harus ingat bahwa prinsip menabung aset dan
mimpi tentang finacial freedom tidak bisa berlaku untuk semua orang. karena
setiap orang tidak berada di garis start yang sama. Ada orang yang harus
kerja untuk mengurus hidup orang tua yang pensiun dan adik-adiknya, ada juga
orang yang berjuang melunasi hutang-hutang orang tua. Intinya ada beragam
kondisi keuangan.
Selain pokok konfliknya tentang kepemilikan rumah, Home
Sweet Loan sebenarnya bercerita tentang drama kehidupan usia 30-an. Tentang karir,
keluarga, persahabatan dan pasangan. Semakin dewasa hidup kita tentu saja
semakin rumit. Tapi satu hal yang tidak boleh dilupakan, jangan menganggap
hidup kita yang paling rumit. Sehingga punya alasan untuk tidak melakukan
kewajiban-kewajiban kecil.
Jangan mentang-mentang sudah menikah dan punya anak kita
jadi punya alasan untuk telat dan nggak profesional. Nanti alasannya karena
harus ngurus anak dulu. Dan hal yang paling menyebalkan adalah kalimat “
Tunggu aja sampai kamu ngerasain sendiri..”
Lah kalau ternyata kita menjalankannya berbeda gimana?
Jangan sampai merasa semua permasalahan kita lebih berat
daripada permasalahan orang lain. Misalnya, “Kamu kan masih lajang, apasih
yang dipikirin. Kalau kayak aku nih udah punya suami dan anak jadi banyak
banget yang musti dipikirin.”
Seolah-olah kehidupan rumah tangga itu punya masalah yang
lebih penting untuk diselesaikan dibanding masalah orang-orang lajang. Nah,
makanya sebelum menikah harus selesai dengan diri sendiri dulu. Setidaknya
sudah punya kesadaran bahwa dengan menikah akan lebih banyak pengorbanan. Itu semua
konsekuensi dari pilihan yang sudah kita ambil.
Satu kutipan yang paling aku suka dari buku ini,
“Setiap pekerjaan yang tidak kita
lakukan, sesungguhnya dibereskan orang lain, karena jin yang bisa ini-itu hanya
milik bandung bondowoso.”hlm 62
Ini sebenarnya sederhana, tapi sangat penting untuk kita
pahami. Ketika kita tinggal bersama siapapun itu, kita harus tahu diri dan
pastikan selalu bertanggung jawab atas apapun yang kita lakukan. Misalnya, setelah
menggunakan sesuatu dibersihkan dan dikembalikan pada tempatnya, habis masak
dicuci dan dibersihkan, dan seterusnya.
Mungkin, kita juga pernah punya teman di kosan, di pondok
atau di manapun. Setelah mereka makan nggak diberesin, sampah kemana-mana,
akhirnya membuat tidak nyaman penghuni lain. Pada akhirnya menjadi dewasa
terkadang sesederhana mampu bertanggung jawab atas setiap aktivitas sehari-hari
kan?
Home Sweet Loan juga ada romance-nya, tapi
yang membuat saya suka, kemunculan romance-nya tidak begitu banyak.
Mungkin hanya sekitar 30% saja. Sebagian besar isinya tentang misi pencarian
rumah empat sekawan.
Saking sukanya sama novel ini saya jadi pengen nulis
semuanya. Yah, semoga ini tidak menjadi spoiler-lah. Home sweet loan
benar-benar sangat menghibur meskipun isinya realitas kehidupan usia 30-an yang
kebanyakan menyebalkan. Saya yang baru berusia 20-an sudah merasa relate
dan merasa beruntung sekali sudah dipertemukan dengan kisah-kisah dalam Home
Sweet Loan.
Saya jadi bisa menambah perspektif tentang bagaimana
menghadapi problematika karir, gaya hidup, pasangan, uang dan keluarga. Sejatinya
tidak ada hidup yang sempurna, makanya kenapa kita merasa masalah selalu
menghampiri hidup kita. Berita baiknya, kita bisa hidup tanpa masalah itu jika
kita tidak pernah menganggapnya sebagai masalah. Kita dapat menganggap masalah merupakan
bagian dari hidup.
Karena bagaimanapun juga penderitaan merupakan bagian dari
bahagia. Bagaimana kita bisa merasakan bahagia sementara kita tidak pernah
menderita. Jika kita tidak memiliki masalah, hidup akan terasa membosankan.
Perasaan bosan itu sendiri sudah menjadi masalah untuk kita bukan?
Judul buku : Home Sweet Loan
Penulis : Almira Bastari
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2022
Jumlah Halaman : 309
Pereview : Ririn Erviana
Masalah rumah memang menjadi hal utama, apalagi bagi yang sudah menikah. Buku yang bagus dan menginspirasi kaum muda untuk sadar financial lebih dini.
ReplyDeleteBetul banget, ketika akan menikah kita mikirnya tentang resepsi, bulan madu, tapi ada yang lebih penting yaitu tempat tinggal yang juga harus dipikirin.
Deletewah jadi penasaran pengin baca Home sweet loan. Sangat bagus inspiratif untuk pelajaran menabung dan beli rumah sebelum menikah.
ReplyDeleteBeneran recommended ini mbak, harus baca biar melek literasi finansial.
DeleteSangat menarik sekali, novel ini memuat kehidupan usia 30-an dan membahas kondisi finansialnya. Kisah orangtuanya cukup bikin saya juga terharu. Rela hidup sederhana demi anak-anaknya agar punya ruang nanti.
ReplyDeleteReview sekaligus refleksi ceritanya nih, hehe.
Deletenovel yang relate dengan kehidupan sehari - hari emang paling nyenengin di baca ya. selain penih hikmah juga bisa berkaca dan refleksi diri. bahkan untuk sebuah novel saja, kita bisa menemukan teman seperjuangan dan solusi dari maslah kita
ReplyDeleteWah, kayak e novelnya menarik ya mba. Selalu terenyuh tiap kali lihat orangtua secukupnya demi anak anaknya. Semoga bisa baca novel ini dalam waktu dekat
ReplyDeletebeberapa temenku juga rekomendasikan buku ini, aku jadi penasaran sama buku ini.
ReplyDeletewah bagus ya, tema keluarga gini memang menarik ya :) jadi pengen baca full nya nih hihi
ReplyDeleteUdh beberapa orang temenku yg kebetulan juga suka baca, mereview novel ini, dan aku sampe skr blm sempet2 juga bacanyaaaaa 😄😄.
ReplyDeleteTapi udah yakin sih pasti menarik, Krn bbrp kali baca novelnya Almira, dan semuanya sukaaa 👍.
Kalo temenku bilang, dia LGS relate bgt Ama semua kesusahan saat membeli rumah. Apalagi di zaman skr, yg mana harganya udah ga main2, tapi size kecil amaaat 😅. Aku beneran pengen beli bukunya kalo ntr ke toko buku