Papua Future Project Menjadi Nyala Lilin Pendidikan di Papua Barat
Seorang dosen saya pernah berkata seperti ini, "Belajarlah jadi guru yang berkualitas, supaya kelak dapat mengajar di sekolah yang berkualitas pula, bukan sekolah pedalaman yang tidak memiliki fasilitas."
Entah kenapa saat itu, saya jadi termotivasi dan berambisi agar selepas kuliah dapat mengajar di sekolah yang bagus di kota. Saya jadi tidak punya minat untuk mengajar di daerah terpencil bahkan di desa saya sendiri.
Seiring berjalannya waktu, perkataan dosen saya itu boleh saja tidak dipakai. Apalagi jika melihat pendidikan di negara kita yang begitu timpang. Kalau semua mahasiswa pendidikan menginginkan tempat mengajar yang bagus dan penuh fasilitas. Lalu siapa yang akan mengajar dan memberikan nyala lilin pendidikan di daerah-daerah terpencil. Bukankah anak-anak di sana juga mendapatkan hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang layak?
Bhrisco Jordy Dudi Padatu, seorang pemuda asal Papua Barat menginisiasi gerakan Papua Future Project di Pulau Mansinam. Papua Future Project merupakan sebuah komunitas pemuda berbasis projek, yang diinisiasi pada tahun 2020 yang secara khusus mengangkat isu literasi pendidikan bagi anak-anak di daerah 3T khususnya Papua Barat.
Sumber gambar: Dokumentasi Papua Future Project |
"Every Child Matters" merupakan motto gerakan Papua Future Project, karena beranggapan bahwa setiap anak itu berharga. Pada praktiknya komunitas ini bergerak melakukan bimbingan belajar yang dilakukan seminggu sekali di Pulau Mansinam. Bimbingan belajar ini meliputi belajar membaca, menulis, berhitung, teknologi digital hingga dampak perubahan iklim sambil bermain bersama.
Pada tahun 2022, Bhrisco Jordy Dudi Padatu meraih penghargaan SATU Indonesia Awards oleh ASTRA untuk bidang pendidikan. Apresiasi Astra diberikan kepada anak bangsa yang senantiasa memberi manfaat bagi masyarakat dalam lima bidang, yaitu Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, dan Teknologi, serta satu kategori Kelompok yang mewakili lima bidang tersebut.
Sumber Gambar: Instagram @papuafutureproject |
Ketika melihat gerakan ini di usia sekarang, rasanya saya begitu menyesal kenapa tidak mengenal sosok seperti Bhrisco Jordy Dudi Padatu semasa kuliah dulu. Ketika anak-anak seusia Bhrisco Jordy Dudi Padatu sibuk scroll-scroll social media, menonton drakor, bahkan jadi beban keluarga, Bhrisco Jordy Dudi Padatu melampaui zamannya dengan aktif bergerak menjadi relawan pendidikan.
Papua Future Project Ciptakan Kurikulum Kontekstual
Contextual Learning belakangan digadang-gadang menjadi solusi untuk beberapa permasalahan pendidikan. Contextual learning atau pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang merelevansikan materi dengan kenyataan atau lingkungan sekitar.
Kurikulum merdeka yang berlaku di Indonesia sekarang, sejatinya juga mendorong pendekatan pembelajaran kontekstual untuk mencapai merdeka mengajar. Pembelajaran kontekstual dinilai lebih dapat mengakomodasi kebutuhan peserta didik yang disesuaikan dengan lingkungannya.
Misalnya saja, anak-anak yang tinggal di daerah pesisir pantai tentu memiliki permasalahan yang berbeda dengan anak-anak yang tinggal di daerah pegunungan. Maka pembelajaran kontekstual dapat memfasilitasi itu.
Jordy, sebagai inisator Papua Future Project beranggapan bahwa pembelajaran yang kontekstual sangat relevan dengan kondisi anak-anak di Pulau Mansinam ini. Menurutnya, jika guru memaksakan kurikulum kota diterapkan di sini, maka tujuan pembelajarannya akan sulit dicapai. Misalnya, kondisi sarana dan prasarana pembelajaran seperti buku bacaan yang terbatas mengakibatkan, anak-anak di Pulau Mansiman juga mengalami keterlambatan membaca. Maka, daripada tertatih-tatih mengejar kurikulum kota, akan lebih cocok kalau fokus memperlancar kemampuan membaca terlebih dahulu.
"Karena kami juga cukup konsen di bidang literasinya," tutur Jordy.
Dalam merancang kurikulum kontekstual ini, Jordy juga bercerita kalau mereka juga mengintegrasikan teknologi, permainan adat, permainan tradisional dan nilai-nilai adat yang berlaku di sana.
"Jadi kita tidak memaksa mereka untuk mengikuti standarisasi nasional, karena melihat starting poin yang berbeda," Ujar Jordy dalam wawancara.
Selain kegiatan akademik, komunitas ini juga mendorong kegiatan nonakademik seperti crafting, olahraga seni dan lain-lain.
Kenapa Terbentuk Komunitas Papua Future Project
Pulau Mansinam merupakan tempat dimana Papua Future Project pertama kali digagas. Namun, dibalik eksotisme alam, budaya dan historisnya ternyata ada satu isu yang menurut Jordy memprihatinkan, yakni pendidikan.
Terdapat kesenjangan pendidikan yang diterima oleh anak-anak di daerah Pulau Mansinam dan daerah perkotaan. Padahal jarak pulau ini dengan kota hanya 15 menit saja. Hal inilah yang menjadi keresahan awal kenapa gerakan atau komunitas Papua Future Project berdiri menurut Jordy.
Bisa dibayangkan, pulau yang cukup dekat dengan kota pun belum mendapatkan pendidikan yang merata. Apalagi daerah yang lebih jauh lagi dengan kota. Tidak menutup kemungkinan hal seperti ini juga terjadi di daerah lain.
Papua Future Project Menjadi Nyala Lilin Pendidikan di Papua Barat
Jordy bercerita bagaimana pertama kali datang dan memulai Papua Future Project mendapat sambutan yang baik dari berbagai stakeholder. Anak-anak yang mengikuti program ini juga bersemangat belajar tentang apapun. Papua Future Project juga bersinergi dengan kepala sekolah, kepala kampung, bahkan ketua RT setempat. Kolabrasi penthahelix seperti ini bisa menjadi kolaborasi yang baik dan kuat untuk mendorong perubahan yang lebih baik.
Saya jadi ingat momen saat Kuliah Pengabdian Masyarakat (KPM) dulu di Pesisir Barat. Anak-anak selalu antusias berkegiatan bersama kakak-kakak mahasiswa. Rasanya saya jadi membayang situasi yang serupa atau mungkin lebih semangat lagi.
Boleh jadi kedatangan Jordy dan teman-teman Papua Future Project selalu dinantikan anak-anak setiap minggunya. Karena itulah, Papua Future Project menjadi Nyala Lilin Pendidikan di Papua Barat. Menjadi semangat baru bagi anak-anak untuk meraih asa. Menjadi kesempatan emas bagi mereka mengakses lebih banyak ilmu pengetahuan dari para relawan yang dengan sukarela berbagi ilmu tanpa dibayar.
Konsep kurikulum kontekstual yang terintegrasi dengan nilai-nilai adat menjadi hal yang sangat unik dan luar biasa menurut saya. Karena mungkin belum banyak orang menyadari bahwa pendidikan tidak semestinya menggerus nilai-nilai adat yang ada. Keduanya haruslah saling terintegrasi dengan baik.
Pada awalnya Papua Future project bergerak di Pulau Mansinam saja, tapi laporan terakhir sekitar empat bulan yang lalu. Papua Future Project sudah bergerak di tujuh wilayah atau kampung di Papua Barat. Sudah ada 250 pemuda dari seluruh Indonesia tergabung menjadi relawan di komunitas ini. Dan sudah lebih dari 500 anak di Papua yang terdampak projek mereka. Baik literasi, numerasi, donasi buku maupun kampanye kesehatan dan lingkungan.
Sumber Gambar: Instagram @papuafutureproject |
Mengajarkan Kesadaran Lingkungan
Bagi masyarakat adat papua, tanah adalah ibu yang memberi kehidupan, sementara laut adalah ayah yang memberi lauk dan aneka makanan. Nilai-nilia tradisi yang berkaitan dengan lingkungan kemudian diintegrasikan pada kurikulum kontekstual sehingga pendidikan dapat langsung menjawab permasalahan yang terjadi.
Contohnya, Pembelajaran IPA langsung diintegrasikan dengan pentingnya pemilahan dan pengolahan sampah. Sehingga mereka juga turut menjaga alam yang ada. Apalagi di sana ada Hutan Mangrove atau dikenal sebagai Hutan Perempuan Suku Enggros yang merupakan warisan budaya dan adat sejak tujuh generasi.
Sumber Gambar: Instagram @papuafutureproject |
Di Hutan Perempuan ini, perempuan Enggros memiliki tradisi untuk mencari kerang atau yang biasa disebut "bia noor". Hutan ini juga hanya boleh dimasuki oleh perempuan, apabila ada yang melanggar akan dikenakan sanksi adat.
Sebagai masyarakat adat, tentu mereka akan berdampak langsung oleh perubahan iklim. Maka pembelajaran yang berkesadaran lingkungan ini menjadi pilihan yang sangat tepat dan sesuai dengan kebutuhan.
Mengajarkan kesadaran lingkungan memang sebaiknya dilakukan sejak dini. Agar karakter yang berkesadaran lingkungan dapat terbentuk secara kuat. Apalagi anak-anak ini kelak akan mewarisi alam dan bertanggungjawab menjaganya untuk generasi selajutnya.
Konsep pembelajaran berkesadaran lingkungan yang digagas oleh Papua Future Project juga sangat memungkinkan untuk direplikasi di tempat lain. Karena ternyata dimanapun kaki dipijak, maka disitulah ada tanggungjawab lingkungan yang harus kita emban.
Pemuda Bisa Jadi Nyala Lilin di Kampungnya Sendiri
Sebagai warga asli Kabupaten Papua Barat, apa yang dilakukan Jordy seharusnya bisa menjadi contoh bagi anak-anak muda lainnya. Ternyata menjadi keren itu bukan hanya sekadar hangout bareng teman-teman ke mall. Tapi dengan menjadi aktivis dan berkontribusi nyata untuk daerah sendiri juga bisa menjadi hal yang sangat membanggakan.
Barangkali, ada banyak pemuda yang memiliki pemikiran tentang kampungnya yang tak pernah memberi pengaruh apa-apa bagi kehidupannya. Mungkin, saatnya para pemudalah yang memberikan pengaruh kepada kampungnya sendiri. Alih-alih pergi merantau karena gengsi, ternyata membangun kampung sendiri juga membawa prestasi.
Maka, untuk kamu yang saat ini harus pulang ke kampung setelah menamatkan studi, tidak perlu merasa berkecil hati. Banyak hal baik dan menyenangkan yang dapat dilakukan di kampung. Seperti menemani anak-anak bertumbuh dan berproses dalam pendidikan inklusi melalui bimbingan belajar nonformal atau kegiatan literasi yang seru.
Pada akhirnya Papua Future Project mengajarkan kepada kita untuk menjadi lilin dimana saja. Dimanapun kita tinggal dan beraktivitas kita selalu punya kesempatan untuk menebarkan kebaikan. Semoga menginspirasi.
#SemangatUntukHariIniDanMasaDepanIndonesia #KitaSATUIndonesia
Referensi:
Wawancara ekslusif Tribun News bersama Founder Papua Future Project, 2023
Instagram resmi Papua Future Project
Mantap. Sebagai guru, aku kagum sama program Papua Future Project yang telah melaksanakan kurikulum merdeka. Kurikulum yang sesuai dengan keadaan siswa, yang akhirnya dapat berguna bagi kehidupan siswa. Keren banget..bisa menginspirasi guru-guru lain nih..
ReplyDeleteBetul sangat setuju ketika kurikulum pembelajaran dibuat serelevan mungkin dengan lingkungan belajarnya sehingga anak menjadi lebih mudah menangkap dan mempraktekan materinya
ReplyDeleteMantap banget ini Kak, Papua emang masih banyak perlu tenaga pengajar. Anak-anaknya semangat banget ya buat belajar, semoga kelak menjadi pemimpin bangsa.
ReplyDeleteWah keren nih program Papua Future Project yang diterapkan ini. Karena provinsi ini tuh punya banyak potensi yang bisa diangkat ya
ReplyDelete