Perjalanan 31 Tahun Dompet Dhuafa: Belajar Melayani, Mengatasi Stunting

Perjalanan menjadi ibu baru benar-benar menyadarkan saya akan banyak hal. Dulu kalau lihat bayi yang gemoy selalu antusias karena lucu dan menyenangkan. Setelah menjadi ibu saya sadar bahwa yang diperlukan seorang bayi atau anak itu nutrisi yang cukup. Bukan sekadar gemoy saja. Meskipun  tidak dipungkiri jika bayi atau anak yang gemoy terlihat sehat dan menggemaskan.

Sebelum hamil, saya telah terpapar sedikit banyak tentang isu stunting. Apalagi bekerja di sekolah, membuat saya semakin jeli mengamati pola makan anak-anak di sekolah. Saya juga mendengar keluhan beberapa teman dan kerabat yang mengeluh ketika anaknya sedang Gerakan Tutup Mulut (GTM).


Setelah menjadi ibu baru saya baru sadar betapa banyak dan rumitnya peran perempuan dalam menentukan kualitas generasi selanjutnya. Sejak kapan peran itu dimulai? Apakah sejak perempuan itu menikah? Ternyata hal itu dimulai sejak perempuan itu menyiapkan pernikahan. 

Mengapa seperti itu? Karena setelah menikah kebanyakan pasangan ingin segera punya momongan. Ketika tubuh perempuan tidak mempersiapkannya, maka kehamilannya menjadi kurang sehat. Itu juga yang saya alami sendiri, sempat keguguran di kehamilan pertama. Walaupun hal ini juga ditentukan banyak faktor, seperti takdir. Tapi tetap saja sebagai perempuan saya terus berpikir apakah saya kurang menyiapkan diri untuk kehamilanku itu.

Ibu hamil harus punya nutrisi yang cukup supaya dia tidak melahirkan bayi yang stunting. Tapi karena saya dibesarkan dalam keluarga yang menengah ke bawah. Kami terbiasa makan dengan porsi karbohidrat yang lebih banyak. Sebaliknya, kami berupaya menghemat lauk agar tidak boros. Bahkan kami sering makan hanya dengan sayur saja tanpa lauk.

Hal itu membuat saya kurang terbiasa makan dengan porsi yang seimbang saat hamil. Saya terus mengusahakan meski saya sadar bahwa saya kesulitan menyukai porsi makan dengan lauk yang lebih banyak. 

Namun, saya cukup beruntung. Kesulitan saya sebatas bagaimana memaksakan diri untuk menyukai  porsi makan dengan lauk lebih banyak. Sementara di luar sana, boleh jadi banyak perempuan dengan segala keterbatasannya tidak bisa makan dengan porsi makan yang seimbang karena memang tidak ada yang dimakan. Itulah kenapa isu stunting masih menjadi persoalan yang diupayakan jalan keluarnya oleh pemerintah.

Seperti yang dialami Ibu Ita Ariyani. Anaknya yang bernama Fatih terdiagnosa Stunting. Karena di usianya yang menginjak 2 tahun 6 bulan. Berat badannya sangat jauh dari kurva ideal. Dan beliau bercerita bahwa perkembangannya juga sangat lambat. 

Menurut WHO (2020) stunting adalah pendek atau sangat pendek berdasarkan panjang / tinggi badan menurut usia yang kurang dari -2 standar deviasi (SD) pada kurva pertumbuhan WHO yang terjadi dikarenakan kondisi irreversibel akibat asupan nutrisi yang tidak adekuat dan/atau infeksi berulang / kronis yang terjadi dalam 1000 HPK.

Saya yakin banyak ibu-ibu lain yang seperti Ibu Ita. Pemerintah memang telah menggencarkan kampanye atau penyuluhan tentang stunting. Tapi rasa-rasanya belum maksimal. Maka peran lembaga penyalur zakat seperti Dompet Dhuafa bisa jadi garda terdepan melayani mereka yang kesulitan.

Isu sunting menjadi sangat penting karena ini menyangkut kualitas generasi selanjutnya. Karena kualitas suatu tempat atau negara sudah pasti ditentukan oleh kualitas Sumber Daya Manusianya.

Kenapa Anak Bisa Stunting?

Secara umum penyebab utama stunting adalah malnutrisi secara terus-terusan. Namun, pada kenyataannya stunting disebabkan oleh beragam faktor.  

Berikut ini merupakan beberapa hal yang disinyalir menyebabkan seorang anak terdiagnosa stunting.

  • Saat hamil seorang ibu kekurangan nutrisi atau bahkan terkena infeksi.
  • Setelah lahir bayi tidak mendapatkan ASI Eksklusif.
  • Pemberian Makanan Pendamping ASI yang kurang sesuai dengan kebutuhan nutrisi anak.
  • Bayi yang lahir prematur memiliki resiko stunting lebih tinggi.
  • Situasi ekonomi keluarga dengan ekonomi menengah ke bawah beresiko anaknya stunting.
  • Tempat tinggal dengan santiasi buruk dan sulit mendapatkan akses air bersih juga memicu stunting.
  • Anak memiliki penyakit bawaan seperti thalasemia.
  • Anak memiliki alergi yang menghalangi penyerapan nutrisi, seperti alergi susu, ikan atau asupan protein dan gizi lainnya.

Bagaimana Mencegah Stunting Pada Anak?

Dalam menghadapi suatu permasalahan pasti banyak faktor yang menjadi penyebabnya. Begitu juga dengan jalan keluarnya. Banyak hal yang bisa ditempuh dan diupayakan. Dan itu nggak selalu sederhana. 

Saya sebagai perempuan yang ingin melahirkan generasi sehat dan tidak stunting berupaya untuk menjaga asupan nutrisi sebelum hamil atau tepatnya setelah mengalami keguguran. Saya sadar akan pentingnya mencegah anemia supaya hemoglobin tetap baik. 

Tapi, di luar sana mungkin banyak perempuan yang belum memiliki kesadaran akan pentingnya mencegah anemia. Apalagi jika mereka tidak mendapat informasi yang cukup. Pemerintah tentu bisa berperan melakukan penyuluhan yang masif agar semakin banyak perempuan yang punya kesadaran diri untuk menyiapkan kehamilan yang sehat.

Pemerintah bisa berkolaborasi dengan banyak pihak supaya penyuluhan yang dilakukan untuk mencegah stunting bisa lebih masif lagi. Dompet Dhuafa sebagai lembaga penyaluran zakat tentu bisa jadi mitra yang sangat cocok. Apalagi mereka juga terus berinovasi dan berkomitmen melayani. Menyalurkan amanah dari pemberi zakat kepada mereka yang berhak menerima zakat.

Kondisi perekonomian yang miskin bisa jadi sasaran utama untuk menyalurkan segala bantuan baik materil maupun non materil untuk mencegah stunting di generasi selanjutnya. Artinya perlu menanamkan kesadaran tentang bagaimana setiap orang jadi agen untuk mencegah stunting. 

Karena pada kenyataannya mencegah stunting bukan semata memberikan bantuan makanan saja. Tapi juga soal gaya hidup dan pola pikir. Sehingga solusi yang dihadirkan menyeluruh dan menyentuh akar persoalan. Mengacu pada beragam faktor pemicu stunting itu sendiri.

Ada bagian yang memang harus disadarkan kepada seluruh individu untuk menjadi agen dalam mencegah stunting. Apabila semua orang punya kesadaran yang baik untuk menjaga kualitas generasi selanjutnya. Maka ini bisa menjadi langkah awal terbentuknya generasi yang tidak stunting.

Perjalanan 31 Tahun Dompet Dhuafa: Belajar Melayani, Smiling Foundation Mengatasi Stunting 

Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar 279.893.907 jiwa per Rabu, 17 Juli 2024 tentu menghadirkan berbagai permasalahan yang beragam. Pemerintah tentu sangat membutuhkan kolaborasi dengan banyak pihak untuk menuntaskannya. Dan stunting menjadi salah satu permasalahannya.

1. Program Pos GENZI dari Dompet Dhuafa

Menurut laporan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, prevalensi wasting atau gizi buruk di Indonesia mencapai 21,6 persen pada tahun 2022. Oleh karena itu, berbagai upaya terus dilakukan oleh pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat untuk mengurangi angka tersebut. Dompet Dhuafa sebagai lembaga yang memiliki pilar pada kesehatan dan kesejahteraan sosial juga ikut berkontribusi dalam upaya ini.

Pos Gerakan Sadar Gizi (GENZI) merupakan salah satu program di pilar kesehatan Dompet Dhuafa Lampung. Pos GENZI merupakan intervensi perbaikan gizi balita wasting dan berisiko wasting melalui pendidikan pangan lokal dan perubahan perilaku makan yang dilakukan secara terus menerus selama 12 hari di Pos GENZI.

Sumber : dompetdhuafa.org

Salah satu penerima manfaat program ini, Riyanti (32), juga bercerita bahwa anaknya kini menjadi lebih lahap makannya. Karena sebelumnya cukup sulit untuk makan. Menurutnya, makan bareng orang tua menjadi daya tarik yang cukup bagus agar anak lahap menghabiskan makanannya.

“Alhamdulillah, berkat Program Pos GENZI ini, kami ibu-ibu jadi lebih kreatif. Sekarang anak jadi suka ngemil juga,” tutur Riyanti bercerita. (Dompet Dhuafa)

Program Pos GENZI yang diinisiasi oleh Dompet Dhuafa ini menjadi bagian dari Perjalanan 31 Tahun Dompet Dhuafa: Belajar Melayani, Mengatasi Stunting. Dompet Dhuafa telah berdedikasi mengentaskan masalah stunting melalui pilar kesehatannya.

2. Program Bidan Untuk Negeri dari Dompet Dhuafa

Melalui Layakan Kesehatan Cuma-Cuma, Dompet Dhuafa punya program Bidan Untuk Negeri yang juga berperan dalam isu stunting. Ayu Widianti, seorang bidan di Sumatera Selatan yang merantau di desa Tanjung Mas Sumsel untuk mendedikasikan dirinya dalam program ini.

Sumber: dompetdhuafa.org

Program Bidan Untuk Negeri sendiri bukanlah sekedar pelayanan, tapi juga pemberdayaan. Ada edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, terutama pada ibu hamil. Karena sebelumnya yang awam akan layanan kesehatan, misalnya periksa kehamilan, masih sulit dilakukan. Contoh kasus yang dialami Bidan Ayu, ada yang baru periksa kehamilan saat usia kandungan sudah masuk enam bulan. Begitu pun jika pengobatan, yang awam melakukan pengobatan ketika sudah parah, bukan selagi bisa dicegah.

3. Layanan Kesehatan RS Rumah Sehat Terpadu (RST)

Ibu Ita Ariyani, akhirnya menemukan harapan baru karena bertemu dengan layanan kesehatan RS Ruma Sehat Terpadu (RST) dari Dompet Dhuafa. Ia terus berupaya membersamai anaknya, Fatih untuk mengupayakan kesehatan setelah terdiagnosa stunting.

Sumber: dompetdhuafa.org

Fatih melakukan kontrol rutin di Poli Gizi RS RST Dompet Dhuafa. Di usianya yang sekarang, Fatih mengalami masalah berat badan dan perkembangannya yang terhambat. Pada awalnya, Fatih dirujuk dari Puskesmas ke RSUD, kemudian dirujuk kembali ke rumah sakit yang lebih besar, namun tak kunjung mendapat solusi.

Ita merupakan salah satu penerima manfaat Kawasan Sehat Dompet Dhuafa yang terdapat di Posyandu tempat ia tinggal, Tanah Kusir, Kemayoran, Jakarta Pusat. Melalui program tersebut, Ita mendapatkan edukasi terkait stunting dan dapat memberikan perhatian khusus untuk perkembangan anaknya, dengan check up setiap bulan di Poli Gizi RS RST Dompet Dhuafa.

4. Program Anting Emas dari Dompet Dhuafa

Anting Emas merupakan singkatan dari Asuh Balita Stunting untuk Mewujudkan Generasi Magetan Berkualitas. Anting Emas adalah gerakan gotong royong seluruh elemen secara terstruktur, guna mempercepat penurunan stunting dengan konsep orang tua asuh.

LKC Jawa Timur berperan memberikan Makanan Tamabahan (PMT) tinggi protein hewani selama 90 hari kepada salah satu anak stunting yang berada di Desa Terung, Kec. Panekan, Kab. Magetan. Penyerahan bantuan ini diberikan secara langsung pada Senin (15/1/2024), kepada Lurah dan Kepala Desa Terung dengan didampingi Dinas Kesehatan Kab. Magetan.

Keempat Program yang saya sebutkan di atas belum ternyata belum mencakup beberapa serupa yang diinisiasi Dompet Dhuafa di berbagai pelosok negeri. Itu menjadi bukti bahwa ternyata zakat bisa menjelma jadi beragam program yang bisa menyentuh banyak akar permasalahan. Lebih dari itu, Dompet Dhuafa sebagai lembaga zakat telah menciptakan cikal bakal pemberdayaan yang bermula dari berbagai permasalahan.

Perjalanan 31 Tahun Dompet Dhuafa telah mengajarkan kita apa arti  melayani, utamanya dalam mengatasi permasalahan stunting.

Sumber: 

  • https://www.worldometers.info/world-population/indonesia-population/
  • https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1388/mengenal-apa-itu-stunting
  • https://www.alodokter.com/stunting
  • https://www.dompetdhuafa.org/pos-genzi-lampung-mampu-entaskan-gizi-buruk-anak-anak-metro/
  • https://www.dompetdhuafa.org/dedikasi-sepenuh-hati-bidan-ayu-di-pelosok-negeri/
  • https://www.dompetdhuafa.org/berkah-zakat-bantu-ita-dan-fatih-lawan-stunting/
  • https://www.dompetdhuafa.org/terus-kolaboraksi-upaya-dompet-dhuafa-turunkan-angka-stunting-di-jatim-melalui-program-anting-emas/

Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa.

17 Responses to "Perjalanan 31 Tahun Dompet Dhuafa: Belajar Melayani, Mengatasi Stunting"

  1. Terutama pada anak, stunting ini memang sepertinya perlu perhatian serta penangan yang terus berkesinambungan yah, kak. Bersyukur ada lembaga sosial seperti dompet dhuafa ini ikut menjadi pemerhati bahkan melakukan aksi.

    ReplyDelete
  2. Urusan stunting ini gemes banget ya. Gimana bisa di negeri gemah ripah loh jinawi gini stuntingnya tinggi banget. Dan please, in bukan cuma urusan ibu. Bukan cuma urusna prempuan tapi juga laki-laki

    ReplyDelete
  3. PR kita bersama mencegah stunting ya, sejak dalam kandungan mencoba memberikan yang terbaik biar janin sehat bahkan pas 1000 hari pertama bayi lahir, semoga kita dimampukan agar anak tumbuh sehat.

    ReplyDelete
  4. Aku sudah kebal dompet dhuafa sejak dulu, dan beberapa kali menyalurkan sedikit rezeki disana. Soalnya emang terkenal amanah termasuk programnya untuk mengatasi stunting ini.

    ReplyDelete
  5. Dompet Dhuafa ini sangat membantu banget ya. Enggak terasa usianya udah seusiaku lho dan sudah banyak yang terbantu dari program dari Dompet Dhuafa. Enggak salah jadi salah satu donatur di sana ya kak, amanah juga dalam penyalurannya. :D

    ReplyDelete
  6. Wah ternyata DD juga berpartisipasi aktif dlm upaya penanggulangan stunting ya.. Salut.. Semoga semakin sukses dan menebar makin banyak manfaat..

    ReplyDelete
  7. Semangat terus menginspirasi ya, Dompet Dhuafa! Di daerahku juga isu stunting kencang banget supaya semua calon orangtua terpapar informasinya dan bisa mencegah anak stunting. Aku yang lagi hamil pun ngerasain sendiri fasilitas yang diberikan

    ReplyDelete
  8. keren banget kiprahnya dompet dhuafa ini ya. molly juga sering nih berdonasi via dompet dhuafa.

    ReplyDelete
  9. Keren sekali masyaallah Domper Dhuafa ini bisa mempertemukan orang-orang baik dengan yang membutuhkan. Bahkan, dengan nominal terjangkau, setiap orang bisa berinfak dan sedekah.

    ReplyDelete
  10. Padahal negeri kita ini kaya hasil alam, tapi masyarakat nya susah sekali mencari kerja mencari nafkah di negeri sendiri bahkan susah makan... makanya stunting ini perlu perhatian khusus sedih banget

    ReplyDelete
  11. Orang Indonesia bertubuh pendek, kalau terjadi stunting maka bisa lebih pendek. Apa yang dilakukan Dompet Dhuafa bener2 membantu masyarakat mengatasi stunting.

    ReplyDelete
  12. Ini salah satu yang aku suka dari program Dompet Dhuafa (DD). Penerima manfaatnya merasakan langsung, dan disalurkan dalam berbagai bidang dan berbagai bentuk. Termasuk bidang kesehatan. Semoga kontribusi DD bisa terus menurunkan angka stunting hingga zero. Aaamiin.

    ReplyDelete
  13. stunting ini memang masih menjadi PR ya bagi pemerintah kita untuk bisa mengatasinya. alhamdulillah kita punya dompet dhuafa yang memiliki banyak program sosial salah satunya dalam mengatasi masalah stunting di berbagai daerah

    ReplyDelete
  14. Keren DD turut berkontribusi pula dalam hal stunting, karena memang permasalahan ini cukup kompleks ya, dan harus diatasi bersama

    ReplyDelete
  15. Keren DD turut berkontribusi pula dalam hal stunting, karena memang permasalahan ini cukup kompleks ya, dan harus diatasi bersama

    ReplyDelete
  16. Penyaluran bantuan dari Dompet Dhuafa kepada masyarakat ga hanya berupa barang yaa...tetapi juga edukasi yang tepat sasaran, sehingga membuat masyarakat lebih peduli dengan asupan nutrisi anak-anak tuk cegah stunting.

    ReplyDelete
  17. Masyaallah, ternyata dompet dhuafa juga turun untuk mengatasi stunting. Sebaiknya kita memberikan sumbangan ke organisasi/program yang udah jelas kayak dompet dhuafa ya.

    ReplyDelete

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel