Ini Ceritaku Setelah Resign dan Jadi Ibu Rumah Tangga


Jujur ini bukan keputusan yang mudah buat saya maupun suami. Apalagi ekonomi keluarga kecil kami juga belum bisa dibilang matang. Tapi karena sebelumnya pernah mengalami keguguran. Maka di kehamilan ini saya ingin mengupayakan yang terbaik. 

Tapi alhamdulillahnya selama hamil masih bisa kerja seperti biasa bahkan berangkat naik motor sendiri. Di usia kehamilan 3 bulan pergi ke pantai sama teman-teman kerja suami. Kehamilan empat bulan nekat ikut acara gathering ecoblogger naik pesawat ke Jakarta. Itu karena aku benar-benar pengen memanfaatkan kesempatan yang ada. Maklum seumur hidup belum pernah naik pesawat.

Walaupun waktu itu banyak sekali ketakutan yang saya rasakan. Tapi alhamdulillah saya sampai di titik ini. Si Mufi sekarang sudah berusia 3 bulan saat cerita ini ditulis. 

Oiya tulisan ini mau menceritakan tentang keputusan resign setelah melahirkan. Jadi ceritanya waktu kehamilan saya menginjak delapan bulan, atasan saya menanyakan tentang keberlanjutan saya bekerja. Mau cuti atau mengundurkan diri. Kebetulan saat itu memang saya cukup bingung.

Karena saya sendiri belum bulat memutuskan Mufi, anak pertama saya untuk diasuh orang lain. Sebenarnya ada keinginan untuk meminta Mbah maupun Utinya momong. Tapi ndilalah Mbah (Ibunya Suami) sudah momong anaknya Mbak. Sementara Uti (Ibu saya) tidak tinggal dekat dengan kami. Setelah diskusi cukup ulet bersama suami. Akhirnya kami memutuskan lebih baik saya resign dari sekolah tempat bekerja. 

Tentu ini bukan keputusan yang mudah karena saya sudah bekerja di sekolah ini selama empat tahun lebih. Saya juga sudah punya rekan kerja yang klop bahkan sudah jasi bestie banget. Ini menjadi part yang paling menyedihkan sih. Saya berjuang untuk beradaptasi dengan kebiasaan baru menjadi perempuan yang full di rumah. Setelah sebelumnya selalu bekerja di luar rumah. 

Hitungannya hampir lima bulan saya jadi perempuan rumahan. Rasanya nano-nano sekali. Sering kangen sama teman-teman kerja. Sayangnya nggak kangen sih sama kerjaannya. Haha *bercanda.

Keputusan resign ini walaupun kesannya mendadak dan terasa alot di awal. Sebenarnya saya juga sudah menyiapkan mental, spiritual, dan material. idih 

Jadi memang beberapa tahun belakangan mulai suka sama isu finansial. Walaupun belum punya duit banyak selalu semangat belajar mengelola uang. Belajarnya mulai dari idola saya sejak lama, Raditya Dika sampai Prita Gozie, seorang konsultan keuangan. 

Nah dari sana, saya menyiapkan diri kalau suatu hari saya resign. Kemudian mulai menyiapkan dana darurat. Di samping itu dari dulu kan saya demen nulis blog sama buat konten. Terus beberapa tahun belakangan hobi itu ternyata menghasilkan uang. Walaupun belum banyak. Jadilah saya berpikir untuk terus menekuni hobi itu sembari menceburkan diri jadi Ibu Rumah Tangga (IRT).

Karena sebelumnya, ngonten sama ngeblognya cuma sebatas sampingan saja. Ada rasa tidak puas kala itu. Pengen sekali punya kesempatan untuk benar-benar melakukannya secara intens. Nah saya rasa inilah waktu yang tepat. Saat saya tidak bekerja kantoran.

Selama lima bulan terakhir saya mencoba produksi konten dan berusaha produktif menulis di blog. Bagaimana hasilnya? Alhamdulillah saya jadi punya satu kegiatan yang bisa membantu saya beradaptasi dengan status baru sebagai IRT.

Saya mencoba mengapreasi diri sendiri karena sudah menyiapkan konsep ini dan berani menjalaninya. Walaupun jujur, bagi saya awalnya terasa berat. Ambisi yang ada di dalam diri saya sempat membebani tubuh saya sendiri. Bagaimana tidak? Saat tubuh baru saja melahirkan saya sudah memikirkan bagaimana bisa tetap produktif. Saya merasa bersalah pada diri sendiri karena segrusa-grusu itu.

Pernah ada pikiran bulan ini aku mulai nggak dapat gaji bulanan. Maka aku harus mengupayakan penghasilan yang lain. Ya ampun! "Padahal kamu tuh baru melahirkan dan struggling merawat new born loh dek!" ucap saya pada diri sendiri.

Sekarang saya berusaha untuk tidak menuntut diri sendiri sekejam itu. Sekarang inginnya berusaha mindfulness dengan situasi yang sedang dijalani. Bagaimana memaksimalkan aktivitas merawat bayi sebaik-baiknya. Meski saya sadar bahwa saya juga bukan ahli. Pasti akan banyak kesalahan yang saya lakukan. Ini merupakan proses belajar yang menyenangkan. Mulai sekarang juga harus memperkecil ekspektasi supaya tidak terjadi konflik batin seperti sebelumnya.

Walau kadang ada hal berat yang sedang saya usahakan sekarang. Berusaha untuk memahamkan diri sendiri bahwa sekarang ini, memang tidak bisa melakukan semua yang ada dipikiran. Karena rasanya pengen melakukan ini-itu. Padahal tidak sesuai dengan kapasitas diri. Ujunh-ujugnya badan ambruk malah jadi nggak maksimal semuanya. Duh ambisi! Sulit sekali kamu diatur!

Yah semoga semua ini bisa terlewati dengan baik. Semoga di masa depan ada hal yang saya banggakan dari fase yang sekarang. Karena apapun yang ada dipikiran, hari ini tetaplah harus diupayakan sebaik-baiknya. Fokus dan semangat!

1 Response to "Ini Ceritaku Setelah Resign dan Jadi Ibu Rumah Tangga"

  1. Wah semangat, Mba! Cerita soal kehidupan Ibu Rumah Tangga setelah resign itu bakal selalu seru buat dibahas. Karena rasanya memang nano-nano dan roller coaster banget.

    ReplyDelete

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel