Menyusui itu Mengagumkan Tapi Inilah Dramanya
Setelah dibuat tidak menyangka dengan rasanya menyusui. Akhirnya aku sampai pada perasaan kagum sama diri sendiri. Hebat juga ya aku bisa menyusui bayiku. Apa yang aku makan, akan diserap oleh bayiku juga. Apa yang terjadi padaku secara tidak langsung memberikan efek pula terhadap bayiku. Misalnya ketika aku resah, gelisah dan gundah gulanah. ASI ku bisa saja seret. Dan pasti itu akan berdampak pada bayiku. Kagum karena bagian tubuhku memberikan kehidupan bagi makhluk lain.
Perasaan bangga tidak akan selamanya membawa kenyamanan. Begitulah kira-kira gambarannya. Karena nyatanya memang drama menyusui masih tetap ada. Ada saat pertama kali aku merasakan payudara yang terasa kencang diikuti rasa sakit yang mencengkeram tiap kali bangun tidur. Itulah gambaran ketika payudara penuh oleh ASI.
Sementara nyeri ketika bayi menghisap di awal menyusui masih tersisa. Jadi bimbang. Kalau disusukan memang lega nantinya. Tapi di awal itu perihnya. Berasa mau putus itu putingnya.
Belum lagi fase new born ini ada beberapa tahapan growth spurt. Dimana si bayi akan menyusu berlama-lama. Terus saya juga belum berani menyusui sambil tiduran. Jadi menyusu lama sambil duduk. Beuh mantap tuh rasanya. Boyok alias punggung pun ikutan menyala.
Setiap kali mandi, aku perhatikan puting yang memerah kayak habis kejepit. Bahkan terkena handuk pun rasanya begitu perih. Padahal tidak ada perlukaan. Aku biasanya kalau mandi cepet-cepet karena emang masih pada pegel-pegel semua, terutama bagian payudara yang mengalami banyak adaptasi setelah melahirkan.
Kalian pernah kepikiran bau ASI itu gimana? Jujur aku nggak pernah kepikiran sebelumnya bau ASI itu gimana. Kalau aku sih bilangnya itu bau amis, tapi kata orang tuaku bau ASI itu arus. Terus setiap kali payudara kiri disedot, payudara sebelahnya bisa netes ASI-nya. Nembus ke baju dan bikin baunya makin amis.
Makanya kadang aku suka ganti baju kalau udah nembus gitu. Rasanya emang agak mengganggu banget sih sama bau ini. Di tambah kadang kita belum mandi juga jadi makin nggak enak. Aku yang biasanya malas mandi, setelah melahirkan kalau ada waktu pengen cepat-cepat mandi karena tidak tahan sama bau badan sendiri.
Mungkin sekitar tiga minggu pasca persalinan. Rasa perih di awal menyusui sudah mulai berkurang bahkan tidak ada lagi. Tapi fase growth spurt ternyata masih ada. Jadi perihnya menyusui itu karena diempeng lama sekali. Bahkan bisa sampai satu jam. Kadang malam-malam sambil ngantuk, duduk sambil menyusui. Walaupun kadang kalau malam itu nggak terlalu lama lah ngempengnya. Kalau siang biasanya agak lama.
Aku sering banget sambat ke suami karena pegel banget menyusui sambil duduk. Sementara aku juga belum punya keberanian untuk mencoba menyusui sambil tiduran. Jadi punggung terasa sakit karena selalu menyusui sambil duduk bahkan sampai 45 menit.
Setelah dua bulan berlalu, aku memberanikan diri untuk belajar menyusui sambil tiduran. Kebetulan saat itu aku sedang pulang kampung ke rumah mamak. Tapi ternyata aku nggak langsung bisa. Badan terasa kaku karena selalu terasa kurang pas dan kurang nyaman. Sampai suatu ketika aku tidak tahan dengan punggung yang pegal-pegal , aku paksakan menyusui sambil rebahan. Lama-lama jadi enak dan keterusan sampai sekarang.
Lagipula berat badan Mufi juga makin bertambah. Jadi kalau menyusui duduk lumayan lelah juga. Apalagi kalau malam-malam, campu rasa kantuk, sudah makin sulit mengangkat Mufi ke pangkuan.
Menyusui sambil rebahan memang sangat nikmat. Apalagi kalau kita benar-benar ngantuk dan kelelahan seringkali bisa ikut ketiduran. Tapi kita juga tetap harus waspada jangan sampai bayi kita kesulitan bernapas waktu nyusu sambil rebahan gini.
Persoalan selanjutnya setelah menemukan kenyamanan menyusui sambil lebaran adalah, Mufi jadi ketagihan nyusu sambil tiduran. Kalau nyusu sambil duduk jadi nggak betah lama, kaya di copot-copot terus sama dia. Kalau kata mamakku itu karena Mufi sudah tuman nyusu sambil tiduran. Nah kalau lagi pergi-pergi ini bakal jadi persoalan. Tapi untungnya sampai menjelang enam bulan ini belum pergi kemana-mana selain ke tempat saudara. Jadi walaupun pergi tetap bisa nenen sambil tiduran.
Jadi yaudahlah tahan dulu pergi-pergi. Nikmati dulu peran yang sekarang. Tidak apa kalau setiap hari di rumah. Paling kalau ada sedikit waktu luang main ke rumah tetangga atau saudara yang rumahnya tidak terlalu jauh. Jadi ketika Mufi pengen nenen tinggal pulang aja.
Dari beberapa drama menyusui yang aku alami, ternyata ini belum seberapa. Katanya ada yang lebih parah. Seperti putingnya lecet sampai berdarah. Ada yang masitis karena hiperlaktasi (kebanyakan ASI yang diproduksi) terus bikin badan sampai demam. Sekali lagi menyusui itu memang mengagumkan tapi inilah dramanya.
0 Response to "Menyusui itu Mengagumkan Tapi Inilah Dramanya"
Post a Comment