Perempuan Berdaya di Tengah Romansa dan Intrik Sejarah dalam Gadis Kretek


Sudah sejak lama direkomendasikan teman untuk menonton serial Gadis Kretek ini. Tapi entah kenapa baru setahun kemudian saya lakukan. Sayapun ditimpa perasaan menyesal yang begitu dalam. Mengapa baru sekarang nonton serial sebagus ini. 

Mungkin baru saja saya menobatkan serial Gadis Kretek sebagai lokal terbaik yang pernah saya tonton. Sebelumnya saya sempat terkagum-kagum dengan Film Kartini yang juga diperankan oleh Dian Sastrowardoyo. Kini Gadis Kretek telah meluluh lantakkan hati saya dengan segala kekaguman tak terperi. 

Serial Gadis Kretek merupakan adaptasi dari novel dengan judul yang sama. Novelnya ditulis oleh perempuan bernama Ratih Kumala. Mungkin ini juga yang menyebabkan kenapa ceritanya memperkuat isu perempuan atau feminisme. Karena sudut pandang penulisnya yang perempuan membuat semuanya jadi sangat relate dengan realitas kehidupan perempuan era itu.

Sebagai seorang yang tidak suka rokok, saya bingung menjelaskan mengapa saya jatuh cinta pada serial yang topik utamanya tentang rokok lintingan atau kretek itu. Saya sebal melihat orang-orang terdekat saya merokok, tapi saya menikmati setiap adegan tokoh-tokoh dalam film ini yang sedang menikmati kretek. Apalagi ketika beberapa perempuan seperti Dasiyah, Ibunya, dan Arum merokok kretek. Rasanya saya seperti terbius, terpana, kagum dengan keperkasaan mereka menjepit kretek dengan dua jarinya. Entahlah saya bingung mendefinisikan ini semua. 

Jeng Yah merupakan satu nama yang menjadi misteri besar pada serial yang terdiri dari lima episode ini. Kisah Jeng Yah membuat saya tidak berhenti bertanya dan menebak siapa dia, bagaimana ujung hidupnya, bagaimana asmaranya, dan bagaimana keberhasilannya. Sosok Jeng Yah menjadi pertanyaan besar bagi Lebas, anak bungsu pemilik perusahaan kretek terbesar di Indonesia. 

Lebas mendapat tugas khusus dari Romonya, Tsuraja untuk mencari keberadaan sosok Jeng Yah. Pada pencariannya itu, Lebas dipertemukan dengan Arum. Perempuan keturunan dari Keluarga Idroes, yang dulu merupakan pemilik perusahaan kretek ternama. Mulai dari kretek merdeka sampai kretek gadis yang sangat digandrungi masyarakat. 

Lebas dan Arum menyelami cerita Jeng Yah lewat tulisan-tulisannya yang masih tersisa di museum. Juga beberapa lembaran yang tercecer di suatu tempat kemudian mereka temukan. Ditambah cerita-cerita dari orang-orang yang pernah bertemu dengan Jeng Yah. 

"Dunia bergerak seperti sebuah misteri yang tidak kita pahami. Tapi kita akan selalu menemukan ruang yang mengantarkan kita pada jawaban-jawaban yang kita cari."

Gadis Kretek menyajikan sebuah kisah yang menarik dari berbagai sudut. Tapi bagi saya, yang paling menarik adalah isu perempuan. Bagaimana sosok Jeng Yang digambarkan sebagai perempuan yang ambisius untuk menciptakan kretek terbaik. Tetapi keinginan itu tidak mudah terwujud karena dalam dunia kretek, perempuan hanya boleh menjadi pelinting saja. Tidak diperkenankan menciptakan saus, yang mana saus menjadi penentu apakah kretek itu enak atau tidak. 

Sementara, anggapan yang berkembang, perempuan tidak diperkenankan membuat saus, karena nanti membuat rasa kreteknya menjadi masam. Jeng Yah berjuang mendobrak keterbatasan itu. Sebagai perempuan ia punya keyakinan anggapan itu salah. Ini sangat menarik menurut saya, di sini ada stigma negatif yang kuat melekat pada perempuan. Anggapan yang tak berdasar atas bukti-bukti yang kuat. Tapi sangat dipercaya oleh masyarakat. 

Apa yang dilakukan Tsuraja sebenarnya sama-sama anti-mainstream dengan yang dilakukan Jeng Yah. Tapi mereka berdua berhasil membuktikan ambisi mereka dan menjemput romansa impian. 

Lalu apa yang membuat serial Gadis Kretek menjadi semakin mencekam? 

Keberhasilan Jeng Yah membuktikan kemampuannya, ternyata bukanlah puncak kesuksesan indah yang abadi. Situasi era 60-an telah merenggut banyak keutuhan keluarga. Kita mungkin mengenal ini semua dengan G30SPKI. Semua terjadi begitu singkat, ganas, dan sadis. 

"Kita semua pernah di titik terendah. Kalau orang menyebutnya luka, saya menyebutnya pelajaran."-- Jeng Yah

Sejarah era ini kerap kali menguras emosi kita. Sama seperti saat saya membaca Novel Pulang dan Laut Bercerita karya Leila S Chudori itu. Terasa mencekam dan nyata. 

Tidak mengherankan serial Gadis Kretek besutan Kamila Andini dan Ifa Isfansyah ini mendapat penghargaan di Busan International Film Festival. Karena potret perempuan berdaya dan Romansa dalam Intrik Gadis Kretek ini memang semagis itu. Dari sisi, sinematografinya, kekuatan tokoh di dalamnya, konflik, serta itu yang dibawakan. Semuanya terasa unik dan unpredictable.

Saya merasa para pemeran utamanya punya perjuangan sendiri-sendiri. Seperti Raja yang berjuang mencari Jeng Yah hingga ia terjerembab dalam intrik industri kretek. Idroes seorang ayah yang mengakui keistimewaan anaknya. Rukayah yang sampai pada detik-detik merupakan bagian paling berjasa untuk cerita ini. Juga Seno yang dengan gigihnya mencintai dan membersamai Jeng Yah. 

Satu hal lagi yang membuat serial ini semakin magis adalah soundtrack-nya. Wah nyanyian Nadine Amizah terngiang-ngiang dan menambah rasa penasaran tiap kali opening episodenya. Dan sederet lagu yang menjadi soundtrack-nya enak banget didengarkan. Akhirnya jadi susah move on dari serial ini. 

Well, karena menurut saya ini serial terbaik Indonesia yang pernah saya tonton. Tentu ini sangat saya rekomendasikan untuk kalian. Di dalamnya kita bisa menikmati misteri, romansa, isu perempuan yang kuat, dan berbagai intrik dibalik sejarah industri kretek. 

Jadi siapa itu Jeng Yah? Apa saja yang menimpanya? Akankah ia bisa bahagia dan menemukan romansanya kembali? Mendingan kalian tonton serial ini langsung saja supaya lebih seru dan ikut terbawa emosi dan rasa penasaran. 

Judul : Gadis Kretek

Pemain : Dian Sastrowardoyo, Ario Bayu, Arya Saloka, Putri Marino, Tissa Biani, Ibnu Jamil dkk

Sutradara : Kamila Andini dan Ifa Isfansyah

Jumlah Episode : 5

Pereview : Ririn Erviana

0 Response to "Perempuan Berdaya di Tengah Romansa dan Intrik Sejarah dalam Gadis Kretek"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel