Review Buku Sapiens di Ujung Tanduk

Buku ini sudah saya baca sejak tahun 2023 tapi entah kenapa belum rampung juga. Mungkin karena ini bukan buku fiksi yang bikin penasaran endingnya. Bukan juga buku self-development seperti You Do You yang buat saya penasaran akhirnya. Tapi semata buku yang saya jadikan tempat pulang atas segala kelelahan. *Asek. 


Tulisan Om Iqbal Aji Daryono selalu jadi favorit saya. Ringan, renyah, dan selalu bisa relate sama apa yang ada di sekitar. Belum lagi detail-detail kecil dari storytellingnya yang membius kita jadi manggut-manggut setuju. 

Sapiens di Ujung Tanduk memang judul yang cukup membingungkan. Apalagi covernya dengan ilustrasi manusia purba itu. Rasanya memang tidak begitu match dengan isinya yang kebanyakan bercerita tentang kehidupan manusia di era digital. 

Buku ini seperti catatan refleksi selama masa pandemi. Menyelesaikannya di tahun 2025 membuat saya benar-benar lega. Karena pandemi yang banyak meluluhlantakkan banyak hal kala itu telah berhasil kita lewati. Bahkan kalau dipikir-pikir seperti tidak menyangka, kita sekarang sudah sebebas dulu kemana-mana tanpa perlu pakai masker, bawa sertifikat vaksin atau pakai aplikasi peduli lindungi. 

Satu hal yang paling saya kagumi dari tulisan-tulisan Iqbal Aji Daryono adalah tulisan yang ringan dibaca tapi isu yang dibawakan itu isu yang serius. Misalnya di bagian esai berjudul B Aja Tak Lagi Istimewa. Dia bicara banyak hal yang kini terasa biasa saja sampai pada isu serius soal para korban covid yang terus berjatuhan. 

"Persis di sini saya jadi paham kenapa Stalin berkata, "Satu kematian adalah tragedi, sejuta kematian adalah statistik.""-- hlm 39

Iqbal Aji Daryono yang mengklaim dirinya Praktisi Medsos Paruh waktu itu membedah begitu banyak fenomena digital yang sekarang ada. Mulai dari kebelet viral, lika-liku dunia buzzer, Oligarki YouTuber, tukang palak digital, selebgram vs penulis dan masih ada beberapa judul artikel yang isinya bikin kita merasa getir akan fakta itu. 

"Hari-hari esok kita mungkin adalah hari-hari yang murung, karena semakin tidak gampang bagi kita untuk menemukan lagi hal-hal yang istimewa."-- blm 41

Buku ini boleh dikatakan sebagai kumpulan kekhawatiran Iqbal akan kehadiran teknologi yang mengikis banyak kemampuan manusia atau Homo Sapiens itu. Memang tidak dipungkiri karena keberadaan teknologi kita jadi lebih bergantung padanya. Terutama saat kita ingin mencari tahu tentang sesuatu, kita tinggal bertanya dengan Mbah Google. Begitu juga ketika kita tidak tahu tentang suatu wilayah. Mbak Maps akan dengan senang hati membantu. 

"Jika situasi ketergantungan pada Google Maps berjalan 100 ribu tahun lagi, bukankah hukum evolusi bisa jadi akan menggilas habis gumpalan pengolah kecerdasan spasial di otak kita? Lalu, apa yang akan terjadi jika pada hari itu tiba-tiba teknologi penunjuk jalan hancur berkeping-keping? Kita akan disuguhi bukti-bukti bahwa pada awalnya manusia memang menciptakan teknologi, tapi kemudian teknologilah yang menciptakan manusia." hlm 83

Sungguh itu sebuah refleksi yang begitu mendalam. Kita memang terasa dimudahkan oleh teknologi sekarang. Tapi lambat Laun kita jadi terus-terusan bergantung. Dan bergantung itu ternyata membawa dampak buruk. Ironis juga ya? Ada lagi satu kutipan magis dalam buku ini yang menurut saya keren serta layak direnungkan. 

"... Utopia komunisme pernah menjadi cita-cita jutaan orang, sebab ketidakbahagiaan akan datang bukan karena tidak tercapainya suatu strata kekayaan, melainkan karena mencoloknya kesenjangan." hlm 152

Saya rasa Buku Sapiens Di Ujung Tanduk ini akan cocok dibaca oleh banyak kalangan. Bahasanya ringan dan analoginya seputar kehidupan sehari-hari. Bahasa penulisnya renyah dan menggelitik jadi kita tidak harus mikir berat untuk memahaminya. Ini buku yang sangat menyenangkan. Bahkan bisa dibaca berkali-kali. Kalau kalian bingung beli bukunya dimana? Bisa klik DM ke toko buku kami yaa. 

Judul : Sapiens di Ujung Tanduk
Penulis : Iqbal Aji Daryono
Penerbit : Bentang Pustaka
Tahun Terbit : 2022
Jumlah Halaman : 159
Pereview : Ririn Erviana

0 Response to "Review Buku Sapiens di Ujung Tanduk"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel