Review Series Induk Gajah

Sejak menonton Serial Gadis Kretek dan Pernikahan Dini, algoritma YouTube maupun Tik Tok saya sering muncul cuplikan-cuplikan series Indonesia. Kebetulan cuplikan series Induk Gajah ini sering muncul dan berhasil membuat saya penasaran. Bukan penasaran sama pemainnya, tapi penasaran sama komedinya. Apalagi saya tahu ternyata sutradaranya sama seperti sutradara Film Agak Laen. Akhirnya gas nonton. 

Judulnya memang tidak mencerminkan kalau ini serial komedi-roman. Mirip seperti judul film hewan. Tapi ternyata cerita utamanya tentang Ira, perempuan berusia 30 tahun yang bekerja sebagai wartawan. Dia tinggal berdua sama ibunya. Mereka adalah keluarga Batak dan beragama Kristen. Kenapa saya sebut identitas itu. Karena latar belakang sosial itu juga mempengaruhi seluruh cerita serial ini.

Ira dikejar-kejar ibunya untuk segera menikah. Karena tak kunjung punya pacar, ibunya berusaha menjodohkan Ira ke banyak laki-laki. Targetnya para laki-laki yang satu gereja dengan mereka. Sampai stok bujangan di gereja itu habis, tak ada yang cocok dengan Ira. Dari yang bau ketek sampai yang ngobrolnya nggak nyambung. 

Sebagai perempuan yang belum menikah di usia 30 tahun, Ira jadi membuat ibunya insecure di sirkel arisan ibu-ibu. Karena teman-teman Ibu Ira sudah pada punya cucu, sementara Ira belum menikah. Malah hobinya makan jadi berat badannya terus bertambah. 

Isu ini cukup dekat bukan dengan kita? Di dunia nyata banyak perempuan yang mengalami hal serupa. Orang-orang kerap memandang iba kepada mereka yang belum menikah di usia tertentu. Hal yang paling menyebalkan dari itu, ketika mereka terus menyalahkan perempuan ini kenapa tidak kunjung menikah. Misalnya pada kasus Ira, mereka menyalahkan kenapa Ira tidak kontrol makan, kenapa tidak diet, kenapa terlalu pemilih dan seterusnya. 

Padahal apakah dengan punya badan langsing sudah pasti bisa cepat menikah? Belum tentu. Apakah belum menikah di usia 30 tahun sudah tentu menyedihkan? Ya belum tentu. 

Ira sendiri punya banyak keresahan dan inner child di dalam dirinya. Apalagi dia tumbuh tanpa sosok ayah yang pergi dengan tiba-tiba dalam waktu yang lama. Belum lagi ibunya yang ingin punya menantu sesama Batak dan Se-iman. Ibaratnya mencari yang cocok dan nyambung ngobrolnya saja sulit, apalagi harus ditambah atribut suku dan agama begitu. Pusing. 

Di Indonesia masih banyak sekali orang tua yang memegang teguh budaya mereka. Terutama soal pemilihan pasangan. Di lingkungan Jawa juga tidak jauh berbeda. Masih ada anggapan tentang sebaiknya memilih pasangan yang sukunya sama. Apa yang dihadirkan dalam seriesnya seperti mewakili realita para orang tua Batak. Apalagi mereka berupaya meneruskan marga.

Ibu Ira sebagai orang tua tunggal juga cukup menarik perhatian. Karena di dunia nyata mungkin banyak pula perempuan yang bernasib sama seperti Ibu Ira. Suaminya pergi tanpa kabar dan harus membesarkan anak seorang diri. Bagaimana mungkin keputusan bersama untuk punya anak berujung pada beban di salah satu pihak. Ini sangat menyebalkan dan melelahkan. Tapi entah kenapa banyak perempuan kuat dan mampu menjalaninya. Bahkan mereka bisa mengantarkan anak-anaknya menjadi sukses. Another level of strong. 

Saking lelahnya dengan perjodohan, suatu kali Ira menyetujui perjodohan dengan anak teman ibunya. Nama laki-laki itu Marsel. Mereka sekongkol untuk berpura-pura mau atas perjodohan itu. Sembari mencari pasangan masing-masing yang dirasa cocok. 

Series Induk Gajah menjadi salah satu series yang saya tonton bukan karena pemainnya. Murni karena saya penasaran sama komedi dan ide ceritanya. Saya juga suka sama para pemeran pembantunya seperti Igun, Sasa, Yogi, Yanto dan kawan-kawan. 

Akankah Ira dan Marsel akhirnya berhasil menemukan pasangannya masing-masing? Bagaimana reaksi orang tua mereka? Mending kalian nonton sendiri serial Induk Gajah ini. Sekalian menikmati drama romcom Indonesia yang segar. 

Series ini sangat bisa dinikmati semua kalangan. Apalagi isunya dekat sekali dengan budaya kita. Tidak perlu pusing memikirkan berbagai teori. Tapi lewat series ini kita banyak diajak untuk berefleksi. Bahwa hidup bukan tentang omongan tetangga. Bukan sekadar menuruti standar sosial yang berlaku. Bahwa hidup adalah menjalani semua dengan sebaik-baiknya. 

Judul : Induk Gajah

Pemain : Marshanda, Dimas Anggara, Tika Panggabean, Mikha Tambayong, dkk

Sutradara : Muhadkly Acho

Jumlah Episode : 8

Jaringan : Prime Video

Pereview : Ririn Erviana

1 Response to "Review Series Induk Gajah"

  1. ini salah satu series yg best sih !!! aku udah nonton juga yg season 2 nya mba. sama baguuuuus. sebagai sesama batak, bedanya aku muslim, paham bangettttt gimana budaya batak itu 😅. untungnyaaaaa mungkin krm ortu udah merantau keluar kota sejak smp, jd pikiran mereka lebih bebas 🤭

    syukurnya aku ga dipaksa utk nikah sesama batak. yg penting seiman. itu harga mati 🤣. bisa dicoret dari Kk kalo sampe dilanggar 🤭

    yg belum nonton induk gajah, nonton deh memang. kocaknya dpt, serunya ada, sedihnya juga. pas ira curhat alasan dia ga mau punya anak ke ibunya, bikin mewek.

    ReplyDelete

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel