Dari Curhat Alay ke Cuan: 10 Tahun Perjalanan Ngeblog yang Nggak Mati-Mati
Suasana kampus selalu ramai terutama bagian gazebo samping perpustakaan. Selalu banyak mahasiswa yang duduk sambil melihat laptop mereka masing-masing. Sejak punya laptop saya jadi bagian dari mereka. Walaupun tidak ada kuliah saya selalu semangat pergi ke kampus. Tujuannya kalau tidak ngemper di gazebo mengais wifi gratis, ya ke perpustakaan untuk membaca buku. Padahal buku-buku di perpustakaan itu membosankan.
Semua saya lakukan semata karena saya berpikir dengan begitu uang yang dibayarkan orang tua ke kampus tidak sia-sia. Saya harus memaksimalkan semua fasilitas kampus. Ketika menjalani kebiasaan seperti itu saya hampir tidak pernah bertemu dengan teman satu angkatan. Maka bisa disimpulkan saya sendiri yang sering melakoni kebiasaan ini.
Awal-awal punya laptop membuat saya senang mengeksplorasi apa saja yang ada di internet. Saya rela berjam-jam duduk tidak nyaman di gazebo yang ramai itu demi mendapatkan akses wifi gratis dan bisa menemukan apa saja di internet. Sampai suatu hari ada satu mata kuliah yang memperkenalkan saya dengan menulis blog.
Itu adalah mata kuliah yang diampu oleh dosen yang suka menulis di blog. Setelah banyak mendengarkan ceritanya tentang menulis saya terdorong untuk membuat blog juga. Pengen juga menulis di internet walaupun itu sekadar curhatan alay.
Awal Mula: Blog Sebagai Buku Harian Digital
Seingat saya ketika itu masih semester dua. Tiba-tiba saya mendapat kabar kalau bapak sakit parah. Padahal sebelumnya selama saya di rumah bapak tidak pernah sakit yang cukup serius. Kami hampir tidak pernah mengenal ke rumah sakit. Bapak sakit kencing batu yang mengharuskannya operasi di Rumah Sakit.
Itu merupakan sesuatu yang sangat mengagetkan bagi kami orang miskin. Kami tidak pernah mengenal jaminan kesehatan. Keuangan keluarga cukup terganggu dan saya diminta sangat berhemat selama di Kosan. Saya sedih karena ibu melarang saya pulang karena itu malah jadi lebih boros ongkosnya. Belum lagi kuliah juga tidak libur.
Setiap hari saya galau. Untuk melampiaskan kesedihan itu saya menulis di blog. Mencurahkan segala keresahan saya di blog dan bertekad akan menjalankan kuliah ini dengan serius karena pengorbanan orang tua untuk menguliahkan saya tidak main-main.
Saking bimbangnya saya pernah berjalan sepanjang kompleks kampus untuk bertanya di setiap toko apakah mereka punya lowongan pekerjaan. Jelas itu sesuatu yang sangat bodoh dan memalukan. Karena hasilnya juga nihil. Betapa naifnya saya saat itu hanya karena saya merasa bersalah telah membuat keluarga terbebani membayari uang kuliah saya. Kalau dibaca lagi tulisan kala itu, rasanya malu sekali.
Tapi seburuk apapun tulisan itu. Saya pernah merasa puas dengan pencapaian bisa menulis blog. Karena kalau bukan dimulai dari tulisan alay itu saya tidak akan jadi seperti sekarang yang masih saja mencintai aktivitas menulis blog ini.
Jadi Tempat Pelarian: Menulis Tanpa Peduli Pembaca
Sebagai anak kampung yang kuliah di kota saya merasa banyak terpukau akan kehadiran orang-oang inspiratif di kampus. Mulai dari dosen sampai para lulusan terbaik yang setiap periode wisuda saya saksikan. Saya rutin menonton prosesi wisuda supaya semangat saya makin terpacu untuk menjadi sebaik-baik mahasiswa.
Setiap saya merasa kagum dan mendapat insight saya coba tuliskan di blog. Saya mencoba untuk menelurkan gagasan tentang apa saja yang ada di kepala saya. Berharap gagasan itu menjadi sesuatu yang besar suatu saat nanti. Saya tidak pernah peduli siapa yang membaca tulisan saya, yang penting saya sudah menuliskannya.
Dari situlah saya seperti menemukan tempat hidden gem yang bisa saya jadikan tempat mengisi energi. Ada kepuasan tersendiri ketika berhasil menulis barang lima sampai delapan paragraf. Meski saya tak pernah tahu siapa yang membacanya.
Saya hanya ingin apa yang pernah saya pikirkan di masa lalu membekas untuk masa sekarang dan akan datang. Setidaknya untuk saya sendiri.
Ketemu Komunitas Blogger: Mulai Kenal Dunia Blogging yang Lebih Luas
Asyik sendiri menulis blog itu terkadang membosankan juga. Sampai suatu ketika saya mencari grup-grup komunitas blogger di facebook. Ada beberapa dan saya putuskan untuk meminta bergabung di semua grup. Semakin banyak komunitas yang saya ikuti harapannya semakin banyak wawasan dan inspirasi yang bisa saya dapatkan.
Ternyata memang benar. Komunitas blog telah membuka wawasan saya seluas-luasnya. Saya jadi semakin semangat untuk membuat tulisan yang lebih baik di blog. Saya punya harapan suatu hari saya bisa menikmati uang dari menulis blog.
Tapi ternyata usaha untuk mengenal komunitas blogger ini belum totalitas. Karena saya tidak segera mempelajari betul-betul bagaimana dunia blogging bisa menambah pundi-pundi uang. Lagi-lagi saya terjebak kenyamannan menulis tanpa peduli pembaca apalagi search engine. Akhirnya blog saya begitu-begitu saja.
Ternyata selama itu saya tidak pernah benar-benar memprioritaskan blog, utamanya untuk mendapatkan uang. kepuasan saya sebatas bisa menulis apa yang ada dipikiran dan hati saja. Tapi mulai tahun 2019 sampai 2020 saat menjelang kelulusan, saya mulai berpikir bagaimana menulis blog tidak hanya sebatas curhat seperti sebelumnya.
Saya mulai mencari komunitas blog terutama di daerah Lampung supaya saya bisa mengembangkan blog menjadi lebih baik lagi. Sebelumnya saya sudah bergabung di beberapa komunitas blogger online dan komunitas blogger perempuan terbesar di Indonesia. Saya berpikir komunitas blogger lokal akan semakin melengkapi kebutuhan lingkungan yang supportif dalam nge-blog.
Gayung bersambut, saya diajak teman dekat dari salah satu komunitas untuk ikut di acara Tapis Blogger. Tapis blogger merupakan komunitas para blogger yang ada di Lampung. Sejak pertama kali mengikuti acara offline Tapis Blogger saya menjadi bagian dari mereka.
Bergabung dalam komunitas Tapis Blogger telah mendongkrak semangat saya lagi. Saya mulai percaya diri dengan hobi ini yang kelak mendatangkan banyak kebaikan untuk saya. Bertemu dengan teman-teman sesama blogger membuat saya makin terpacu untuk semangat menulis konten blog yang lebih variatif.
Mulai Dilirik Brand: Ternyata Bisa Dapat Uang dari Blog!
Satu momen paling berkesan menjadi seorang blogger adalah ketika saya dan teman-teman Tapis Blogger mendapat undangan gathering dari ASUS. Itu adalah pengalaman paling menyenangkan sekaligus mengesankan bagi seorang blogger pemula seperti saya.
Acara Gathering yang diadakan ASUS mempertemukan saya dengan teman-teman blogger di Lampung dan beberapa konten kreator Lampung. Tentu ini sangat menyenangkan. Kami bisa berbagi cerita dan saran tentang dunia blogging dan perkontenan.
Saya cukup menyesal tidak benar-benar serius ketika membangun jaringan dengan komunitas blogger. Karena ternyata ASUS sangat mendukung perjalanan blogger sejak tahun 2015. Sementara selama sepuluh tahun mengenal dunia blogging. Baru satu kali saya berhasil mengikuti acara offline bersama ASUS.
ASUS aktif mengadakan event online dan offline bersama komunitas blogger se-Indonesia. Ini merupakan hal yang sangat mendukung dunia blogging. Apalagi semakin ke sini, orang-orang lebih memilih jadi influencer daripada blogger. Dengan dukungan semacam ini, ASUS berkontribusi untuk menyalakan semangat blogger yang redup karena gempuran influencer di luar sana.
Saya sangat senang tiap kali ada brand yang berminat untuk melakukan promosi di blog saya. Ibaratnya saya sudah senang menulis di blog ini dan makin senang lagi karena ada yang membayarnya. Akhirnya saya merasakan dapat uang dari menulis. Sesuatu yang sebelumnya terasa jauh dari pikiran saya.
Mendapat uang dari menulis blog benar-benar sangat istimewa bagi saya. Apalagi ketika saya bercerita kepada keluarga. Mereka yang dulu menganggap menulis blog hanya buang-buang waktu akhirnya mulai berganti sudut pandang. Modernisasi telah membawa perubahan dalam hidup anaknya. Mereka mulai bangga dan kadang flexing tipis-tipis ke tetangga kalau anaknya bisa dapat uang hanya dari menulis artikel.
Puncak Semangat: Blogging Jadi Gaya Hidup dan Sumber Cuan
Selama menjadi blogger saya selalu punya keinginan untuk memenangkan kompetisi blog. Hadiahnya selalu menggiurkan. Tapi saya selalu kalah. Sampai suatu ketika ada sebuah kompetisi blog dari komunitas perempuan. Temanya tentang pemberdayaan perempuan. Itu merupakan isu yang saya sukai selain isu lingkungan hidup.
Tanpa di sangka-sangka saya memenangkan kompetisi itu. Saya benar-benar tidak menyangka bisa mendapat uang sebanyak itu dari memenangkan kompetisi blog. Itu terjadi pada tahun 2021. Maka tahun itu menjadi tahun paling berkesan dan boleh saya katakan sebagai puncak semangat saya dalam dunia blogging.
Beberapa artikel yang saya ikutkan kompetisi blogging tahun 2017 sampai 2018 ternyata tidak pernah sia-sia. Berkat itu pula saya tergabung dalam komunitas blogger lingkungan yang selama dua tahun punya projek bersama.
Projek itu juga memberikan renumerasi bagi para blogger di dalamnya. Itu sekitar tahun 2022 sampai 2023. Tahun-tahun rezeki yang menjadi puncak semangat dalam dunia blogging saya. Projek ini pula yang mengantarkan saya pada pengalaman naik pesawat pertama kali untuk mengikuti EBS Day Out di Jakarta. Wah nggak nyangka rasanya.
Menjelang melahirkan saya benar-benar mendapat rezeki besar lagi dari blog. Menjadi pemenang favorit dalam kompetisi blog yang hadiahnya lebih besar dari kemenangan sebelumnya. Wah inilah akhirnya yang membuat saya memutuskan untuk serius dalam menulis blog. Bahkan akan menjadikan blogging sebagai gaya hidup dan sumber cuan. Biidznillah.
Laptop Impian Untuk Menjadi Blogger Produktif
Laptop yang saya pakai ini usianya sama dengan lamanya saya menulis blog. Karena tadi saya ceritakan di awal kalau nulis blog salah satu bentuk antusiasme setelah dibelikan laptop baru oleh orang tua tahun 2015. Laptop yang sangat sayangi karena telah menemani asam garam kehidupan mahasiswa sampai dunia kerja. Tapi laptop ini sudah kian renta.
Sesayang apapun saya pada laptop ini mau tidak mau, suka tidak suka, saya selalu punya keinginan untuk beli laptop yang baru dan lebih mendukung untuk sekarang. Baik dalam blogging maupun kesempatan lain yang mendatangkan rezeki.
Setelah mengikutan offline gathering blogger bersama ASUS tahun lalu. Jujur saya jatuh cinta beneran sama laptop yang kami review. ASUS Go 14 (E1404F). Walaupun laptop ini lebih direkomendasikan untuk pelajar atau mahasiswa. Tapi saya juga beneran pengen punya laptop ini. Mungkin inilah definisi mimpi saya nggak muluk-muluk. Karena untuk sekarang peruntukannya lebih utama untuk mengetik, edit desain grafis dan video tipis-tipis.
Saya masih ingat, pertama kali punya laptop sendiri saat kuliah dulu. Sebuah notebook sederhana, layarnya kecil, performanya pas-pasan, dan sering kali hang saat saya terlalu banyak membuka tab browser. Tapi, saat itu, saya bersyukur. Karena dengan laptop itulah saya mulai mengenal dunia blogging, menulis cerita, dan mengerjakan tugas-tugas kuliah. Saya bahkan tidak peduli dengan keterbatasannya, karena yang penting saya bisa menulis.
Seiring waktu, perjalanan blogging membawa saya ke banyak pengalaman baru. Dari sekadar menulis curhatan pribadi, hingga akhirnya bisa menghasilkan uang. Namun, ada satu hal yang selalu menjadi kendala, laptop saya yang semakin tertinggal zaman.
Semakin banyak kebutuhan, semakin terasa keterbatasannya. Saya ingin mengedit foto dengan cepat, tapi proses rendering begitu lambat. Saya ingin menulis di mana saja, tapi bobot laptop yang berat membuat saya enggan membawanya ke kafe atau perjalanan. Saya ingin melakukan lebih banyak hal, tapi perangkat saya tidak mendukung.
Lalu, saya menemukan ASUS Vivobook Go 14 (E1404F). Laptop entry-level yang tampaknya didesain untuk para pemula, pelajar, mahasiswa, atau kreator muda yang baru memulai kariernya. Tapi bagi saya, laptop ini bukan hanya untuk pemula. Justru, laptop ini terasa seperti upgrade yang tepat untuk seseorang yang ingin tetap produktif dan terus berkembang.
Vivobook Go 14 hadir dengan desain yang stylish, compact, dan ringan—sesuatu yang selama ini saya impikan. Saya ingin bisa membawa laptop ke mana-mana tanpa merasa terbebani. Ditambah lagi, laptop ini sudah bersertifikasi standar ketahanan militer AS (MIL-STD-810H), artinya lebih tangguh dibandingkan laptop lama saya yang dulu begitu ringkih dan harus selalu saya jaga dengan ekstra hati-hati.
Harga Rp6.299.000 bukanlah harga yang tidak terjangkau, apalagi dengan fitur-fitur yang lebih lengkap dibandingkan notebook pertama saya yang harganya tak jauh berbeda. Saya membayangkan betapa menyenangkannya bisa bekerja lebih lancar, membuka banyak tab tanpa takut hang, dan menulis di mana saja dengan laptop yang ringan serta tahan banting.
Bagi sebagian orang, mungkin ini hanya laptop biasa. Tapi bagi saya, ASUS Vivobook Go 14 adalah sebuah impian kecil yang bisa membawa saya lebih jauh dalam perjalanan blogging. Mungkin sudah waktunya saya menghadiahi diri saya sendiri dengan perangkat yang lebih mendukung produktivitas. Karena, bukankah seorang penulis dan blogger seharusnya memiliki alat yang bisa membantunya mengalirkan ide-ide tanpa batas?
Ketika Blog Mulai Sepi, Haruskah Menyerah?
Dari dulu saya tidak pernah menyangka blog akan memberi saya sebanyak ini. Meskipun di mata orang lain mungkin ini tidak seberapa. Jadi meskipun orang lain sering mengira blog sudah tidak eksis lagi. Saya tetap merasa blog masih menjadi tempat ternyaman untuk berbagi. Sama seperti sepuluh tahun lalu.
Jika begitu kenapa saya harus menyerah?
Saya masih terus ingin berbagi banyak hal lewat medium blog ini. Bagaimanapun pendapat orang.
Karena menulis bukan sekadar apa yang kita dapat. Melainkan apa yang kita bagi. Inilah cerita perjalanan blog yang nggak mati-mati.
Sekarang dan masa yang tak pernah bisa saya perkirakan ke depan. Terus semangat untuk teman-teman blogger yaaa~
***
Artikel ini diikutsertakan pada Lomba Blog 2015 ke 2025 Perjalanan Ngeblogku yang diadakan oleh Gandjel Rel
0 Response to "Dari Curhat Alay ke Cuan: 10 Tahun Perjalanan Ngeblog yang Nggak Mati-Mati"
Post a Comment